MEMBANGUN JIWA MANDIRI
Assalamu’alaikum wr. Wb
Para
hadirin yang berbahagia,
Kehormatan
dan kemuliaan yang sebenarnya
adalah ketika hati kita bebas dari
bergantung kepada selain Allah SWT. Perjuangan kita untukmenjaga harga diri
dari meminta-minta kepada selain Allah SWT adalah bukti kemuliaan kita. Jiwa yang mandiri adalah kunci harga
diri.
Satu
hal yang telah hilang dari bangsa kita adalah harga diri. Betapa kita sangat
bergantung kepada Negara lain untuk pinjaman dan investasi. Tak aneh bila Negara
kita memiliki banyak utang, sehingga mudah dipermainkan oleh negara yang meminjami utang tersebut.
Mengapa
semua ini terjadi? Jawabannya, sebagian besar
kita terlalu sibuk membangun aksesoris duniawi yang dianggap serba berharga. Kita
tidak sibuk membangun harga diri. Tidak mengherankan jika ada orang yang jabatannya tinggi, namun
perbuatannya rendah dan nista. Ada juga yang hartanya banyak, tetapi jiwanya
miskin. Kita terlalu menganggap topeng dunia sebagai sumber kemuliaan dan harga
diri.
Para
hadirin yang dimuliakan Allah SWT,
Sudah
menjadi keniscayaan, setiap kita bergantung kepada selain Allah SWT, pasti kita
akan takut jika sandaran tersebut
diambil oleh orang lain. Jioka kita dengan sepenuh hati bergantung kepada Allah
SWT maka yakinlah bahwa Allah tidak akan mengabaikan orang yang
bersungguh-sungguh berharap kepada-Nya.dalam sebuah hadits Allah berfirman: “
Apabila seorang hamba-Ku mendekati-Ku dengan berjalan maka Aku akan
mendekatinya dnagan berlari. Apabila ia mendekati-Ku satu jengkal maka Aku akan
mendekatinya sehasta”.
Dari
sini, jelas bahwa kemuliaan dan kehormatan yang sebenarnya adalah ketika hati
kita bebas dari bergantung kepada Allah SWT. Perjuangan kita untuk menjaga
harga diri dengan tidak memiminta-minta kepada selain Allah adalah bukti
kemuliaan sejati.
Keuntungan
lain dari sikap mandiri adalah tumbuhnya rasa percaya diri. Kemandirian akan
sumber kekuatan dan vitalitas dalam
perjangan. Orang yang percaya diri bisa melakukan pekerjaan jauh lebih
banyak, kata-katanya jauh lebih bermakna, dan waktunya akan jauh lebih efektif
dari pada orang yang selalu nbergantung kepada orang lain.
Dengan
bersikap mandiri, hidup akan terasa lebih tenang. Seorang istri takkan pernah
khawair ditinggal oleh suaminya jika ia mempunyai sikap mandiri. Ia tahu
bahwa semua rezeki sudah diatur scara
adfil oleh Allah SWT. Tiada satu pun makhluk kecuali sudah ditetapkan
rezekinya. Tugas kita adalah mencari dan menjemput berkah dari karunia Allah
SWT tersebut.
Kita
harus mulai bangkit menjadi bangsa yang mandiri. Bangsa yang mandiri tak kan
pernah terwujud selamapribadi-pribadi yang menyusun bangsa tersebut tidak
pernah belajar pribadi yang mandiri. Apa kuncinya? Pertam,a, mandiri adalah
sikap mental. Seseorang harus memiliki tekad kuat untuk menjadi orang yang
mandiri. Dalam hidup yang hanya sekali ini, kita harus terhormat dan jangan
menjadi budak dari apapun selain Allah SWT. Tekadkan terus untuk selalu menjaga
kehormayan diri dan pantang menjadi beban. Andai pun hidup kita membebani orang
lain, kita harus berusaha membalas dengan apa-apa yang bisa kita lakukan.
Ketika kita membebani orang tua, maka harga diri kita adalah membalas kebaikan
mereka. Begitu juga dengan guru, teman, atau tetanga. Jangan sampai diri kita
terhina karena menjadi benalu atau peminta-minta yng bisa menyusahkan norang
lain.
Kedua,
kita harus memiliki keberanian. Berani apa? Berani mencoba dan berani memikul
risiko. Hantya dengan keberanian seseorang bisa bangkit untuk mandiri. Tidak
pernah kita berada diatas tanpa terlebih dahulu memulai dari bawah.
Menginginkan hidup sukses tanpa mau
bersusah payah dan berkorban adalah mimpi.
Sungguh
dunia ini hanyalah milik para pemberani. Kesuksesan , kebahagiaan, dan
kehormatan sejati hanyalah milik pemberani. Orang pengecut tidak akan pernah mendapatkan
apa-apa karena ia melumpuhkan kekuatannya sendiri. Kejarlah dunia ini dengan
keberanian. Lawanlah ketakutan dengan keberanian. Takut gelap, belajarlah
ditempat gelap. Takut berenang, segeralah menceburkan diri ke air. Semakin kita
melawan rasa takut, rasa malas dan rasa tidak berdaya maka akan semakin dekat
pula keberhasilan itu dengan diri kita. Semakin
sering kita melawan rasa takut, insya
Allah keberanianakan muncul berlahan-lahan.
Ketiga,
nikmatilah proses. Segalanya tiada yang instan, semua membutuhkan proses.
Menjalani proses adalah sunnatullah. Negeri
ini tdak mungkin berubah dalam sehari atau dua hari. Kita harus menikmati
proses perjuangan, menikmati tetesan keringat dan air mata. Perjuanganm adalah
nilai kehormatan kita yang sesungguhnya. Jangan terlalu memikirkan hasil. Tugas
kita adalah melakukan yang terbaik. Allah tidak akan memandang hasil yang kita
raih, tetapi Ia akan memandang dan menilai kegigihan kita dalam berproses.
Keterpurukan yang menimpa bangsa kita, salah satu penyebabnya adalah karena kita ingin segera
mendapatkan hasil. Padahal, tidak mungkin ada hasil, tanpa memperjuangkannya
terlebih dahulu.
Para
hadirin yang dimuliakan Allah SWT,
Kita
tidak tahu kapan negeri ini akan bangkit. Akan tetapi, bagaimana pun kita harus memulai dengan sesuatu. Ingatlah
selalu kisah seorang kakek yang semangat menanam pohon kurma. Ketika ditanya untuk apa ia
melakukan semua itu? Ia menjawab, “Bukankah kita makan kurma sekarang inikarena
jasa-jasa orang yang sudah meninggal. Mengapa kita tidak mewariskan sesuatu
untuk generasi sesudah kita?
Akan
tetapi, jangan sampai kegigihan dan kemandirian yang kita lakikan mendatangkan
rasa ujub akan kemampuan diri.
Prosers kemandirian yang sejati harus membuat kita tawadhu, rendah hati. Sertailah kegigihan kita untuk mandiri dengan
rasa tawadhu, & tawakkal kepada
Allah SWT, karena tiada sedikitpun kekuatan dalam diri kita kecuali dengan
kekuatan Allah Yang Maha Kuat.
Intinya,
kemandirian bukan untuk berbangga diri, tetapi harus membuat kita lebih memiliki
harga diri, bisa berprestasi, dan tidak membuat kita tinggi hati. Wallahu a’lam bishshawab.
Wasalamu’alaikum
Wr. Wb
(Sumber:
www.republika.co.id)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar