Jumat, 12 Juni 2015

BERBAGI--ILMU | MAKALAH TENTANG ARGUMENTASI

MAKALAH TENTANG ARGUMENTASI

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam komunikasi antara anggota masyarakat, argumentasi merupakan suatu cara yang sangat berguna, baik bagi perorangan maupun bagi anggota-anggota masyarakat secara keseluruhan, sebagai alat pertukaran informasi yang tidak dipengaruhi oleh pandangan-pandangan yang subyektif. Dengan menyodorkan fakta-fakta sebagai evidensi, maka mereka yang menerima informasi merasa yakin bahwa apa yang disampaikan patut diterima sebagai kebenaran.
Bila seorang pengarang menghadapi suatu persoalan yang serius dan yang dapat membawa akibat yang besar, serta ingin mengemukakan masalah tersebut dalam tulisan, maka ia harus mengambil sikap yang pasti untuk mengungkapkan segala persoalan itu dengan kesanggupan intelektualnya, dan bukan sekadar mana-suka atau dengan pendekatan yang emosional. Ia harus berusaha untuk menyelidiki: apa yang menimbulkan masalah tersebut; apa tujuan yang nyat dari persoalan itu; apakah ada tujuan yang tersembunyi; apakah ada keuntungan atau kerugian untuk mencapai tujuan tersebut; tujuan mana yang kiranya mendatangkan manfaat yang besar; dan bagaimana cara mengatasinya. Pendeknya, penulis harus berusaha untuk menyampaikan pendapatnya secara teratur dan kritis, sesudah menjawab semua pernyataan tadi dengan obyektif.

B.     Rumusan Masalah
a.                               Apakah Hubungan Argumentasi dan Logika ?
b.                              Apakah Dasar dan Sasarannya ?
c.                               Bagaimanakah Mengemukakan Argumen ?
d.                              Apakah Topik dan Metodenya ?

C.    Tujuan dan Manfaat
Tujuan Penulis adalah untuk mendapatkan gambaran tentang tulisan argumentatif.
Manfaatnya adalah agar semua orang tahu bagaimana cara menulis argumentatif yang benar.

D.    Proses Pemecahan Masalah
Adapun prosedur pemecahan masalah ini yaitu bersumber dari buku.


BAB II
PEMBAHASAN

  1. Hubungan Argumentasi dan Logika
Logika sendiri merupakan suatu cabang ilmu yang beusaha menurunkan kesimpulan-kesimpulan melalui kaidah-kaidah formal yang absah(valid). Karena hubungan yang sangat erat antara logika dan argumentasi, maka sering bentuk-bentuk dan istilah-istilah logika dipergunakan begitu saja dalm sebuah argumen. Bahwa terdapat suatu hubungan yang sangat erat antara keduanya, tidak dapat disangkal. Untuk itu harus ditarik garis perbedaan yang jelas antara logika sebagai suatu ilmu dan argumentasi sebagai suatu bentuk retorika.
Perbedaan yang harus diperhatikan antar kedua bidang itu adalah pertama-tama mengenai istilah yang dipergunakan. Istilah benar(true) dan salah(false) pertama-tam dipergunakan dalam argumentasi. Sebaliknya untuk logika dipergunakan istilah absah(valid) dan tak absah(invalid). Bila semua bentuk formal yang diperlukan unutk menurunkan suatu kesimpulan dipenuhi, maka silogisme dinyatakan absah. Bila silogisme itu absah, maka dengan sendirinya kesimpulan yang diperoleh juga bersifat absah. Sebaliknya benar, bila bentuknya tak absah, maka kesimpulannya juga tak absah. Dalam argumentasi, yang dijadikan persoalan adalah apakah semua proposisi bersam konklusinya itu benar atau tidak.
Silogisme itu sendiri mengandung satu atau lebih proposisi yang salah. Kesalahan yang dikandung sebuah proposisi mengisyaratkan kepada kita, bahwa fakta-fakta yang dinyatakan tidak benar(false). Misalnya silogisme berikut absah sifatnya, tetapi salah bila dilihat dari sudut argumentasi, karena proposisi mayornya salah:
         Premis Mayor : Semua mahasiswa adalah pejuang.
         Premis Minor  : Ali adalah seorang mahasiswa.
         Konklusi          : Sebab itu, Ali adalah seorang pejuang.
Dari segi formal, silogisme di atas absah sifatnya. Tetapi Sebagai argumen, silogisme itu tidak meyakinkan, karena proposisi mayornya salah atau diragukan kebenarannya. Tetapi bila kita menerima proposisi mayornya, maka kesimpulannya bersifat absah.
Dalam sebuah argumentsi, pembicara atau pengarang harus yakin bahwa semua premis mengandung kebenaran, sehingga ia dapat mempengaruhi sikap hadirin atau pembaca. Unutuk membuktikan sesuatu, silogisme bukan saja harus mengandung sebuah struktur yang absah tetapi proposisinya juga harus mengandung pernyataan-pernyataan yang benar mengenai dunia kita ini. Logika memusatkan perhatiannya pada proses berpikir, sedangkan retorika memusatkan perhatiannya pada isi, pada kebenaranya yang nyata yang ada di alam.

  1. Dasar dan Sasaran
Argumentasi atau tulisan argumentatif yang ingin mengubah sikap dan pendapat orang lain bertolak dari dasar-dasar tertentu, menuju sasaran yang hendak dicapainya.
Dasar yang harus diperhatikan sebagai titik tolak argumentasi adalah:
1.            Pembicara atau pengarang harus mengetahui serba sedikit tentang subyek yang akan dikemukakannya, sekurang-kurangnya mengenai prinsip-prisip ilmiahnya.
2.            Pengarang harus bersedia mempertimbangkan pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat yang bertentangan dengan pendapatnya sendiri.
Di samping kedua prinsip di atas, penulis atau pembicara harus memperhatikan pula ketiga prinsip tambahan berikut:
3.            Pembicara atau penulis argumentasi harus berusaha unutk mengemukakan pokok persoalannya dengan jelas; ia harus menjelaskan mengapa ia harus memilih topic tersebut.
4.            Pembicara atau penulis harus menyelidiki persyaratan mana yang masih diperlukan bagi tujuan-tujuan lain yang tercakup dalam persoalan yang dibahas itu, dan sampai di mana kebenaran dari pernyataan yang telah dirumuskannya itu.
5.            Dari semua maksud dan tujuan yang terkandung dalam persoalan itu, maksdu yang mana yang lebih memuaskan pembicara atau penulis untuk menyanpaikan masalah.
Di samping prinsip-prinsip yang harus diperhatikan, penulis selalu berusaha pula unutk membatasi persoalannya, dan menetapka di mana terletak titik atau sasaran ketidaksesuaian pendapat antara pengarang dan pembaca. Dengan demikian ia dapat mengubah keyakinan atau menpengaruhi sikap dan tindakan pembaca atau hadirinnya.
Untuk membatasi persoalan dan menetapkan titik ‘ketidaksesuaian’ , maka sasaran yang harus ditetapkan untuk diamankan oleh setiap pengarang argumentasi adalah:
1.            Argumentasi itu harus mengandung kebenaran untuk mengubah sikap
dan keyakinan orang mengenai topic yang akan diargumentasikan. Harus menyusun fakta-fakta menuju suatu kesimpulan yang dapat diterima, atau ia harus menyusun proposisi-proposisi yang benar. Dengan demikian, lawannya tidak bisa mengajukan fakta atau proposisi dan kesimpulan yang bertentangan dengan fakta dan kesimpulan itu.
2.            Pengarang harus berusaha untuk menghindari setiap istilah yang dapat
menimbulkan prasangka tertentu. Bila pengarang merumuskan proposisi tadi dengan mengungkapkanya dalam bentuk pertanyaan, maka pengarang sebenarnya meragukan atau menyangsikan sesuatu yang ingin diargumentasikannya.
3.            Pembatasan pengertian atau definisi sebuah istilah hanya sekadar
merupakan proses pembentukan makna untuk meletakkan dasar-dasar persamaan pengertian bagi istilah yang akan digunakan itu, tetapi hal itu sangat penting supaya tujuan utama jangan diabaikan atau terganggu hanya karena timbul ketidaksepakatan baru mengenai istilah itu.
4.            Pengarang harus menetapkan secara tepat titik ketidaksepakatan yang
akan diargumentasikan. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting.
  
C. Mengemukakan Argumen
Proses pengumpulan bahan-bahan untuk argumentasi itu sendiri merupakan latihan keahlian dan keterampilan tersendiri, suatu latihan yang intensif dan akurat bagaimana seorang dapat memperoleh informasi-informasi yang tepat untuk tiap obyek atau persoalan. Ada satu hal pokok yang harus diingat oleh setiap penulis, yaitu ia harus menyusun semua fakta, pendapat autoritas atau evidensi itu secara kritis dan logis. Ia harus mengadakan seleksi atas fakta-fakta atau autoritas, mana yang dapat dipergunakannya dan mana yang harus disingkirkannya.
Bila bahan-bahan itu sudah terkumpul, penulis juga harus siap dengan metode terbaik untuk menyajikannya dalam suatu bentuk atau suatu rangkaian yang logis dan meyakinkan. Bila penulius tidak mempunyai rencana penyusunan yang baik, maka tampaknya apa yang diungkapkan itu terarah, serta tidak terdapat hubungan antara fakta-fakta atau autoritas itu.
Metode-metode yang dapat dipergunakan akan diuraikan dalam bagian berikut. Metode mana pun yang akan dipakai dalam argumentasi tidak akan melanggar prinsip umum sebuah komposisi, yaitu bahwa argumentasi itu harus terdiri dari: pendahuluan, pembuktian/tubuh argumentasi dan kesimpulan atau ringkasan.
a.      Pendahuluan
Penulisan argumentasi harus yakin bahwa maksud suatu bagian pendahuluan adalah tidak lain daripada menarik perhatian pembaca, memusatkan perhatian pembaca kepada argumen-argumen yang akan disampaikan, serta menujukkan dasar-dasar mengapa argumentasi itu harus dikemukakan dalam kesempatan tersebut. Secara ideal pendahuluan harus mengandung cukup banyak bahan untuk menarik perhatian pembaca yang tidak ahli sekalipun, serta memperkenalkan kepada pembaca fakta-fakta pendahuluan yang perlu untuk memhami argumentasinya. Fakta-fakta pendahuluan harus benra-benar diseleksi supaya pengrang tidak melakukan hal-hal yang justru bersifat argumentatif yang baru akan dikemukakan dalam tubuh argumentsi.
Untuk menetapkan apa dan berapa banyak bahan yang diperlukan dalam bagian pendahuluan, maka penulis hendaknya mempertimbangkan beberapa segi berikut:
Pertama: Penulis harus menegaskan mengapa persoalan itu dibicarakan pada saat ini. Bila dianggap waktunya tpat untuk mengemukakan persoalan itu, serta dapat dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa lainnya yang mendapat perhatian saat itu, maka fakta-faktanya merupakan suatu titik tolak yang sangat baik.
Kedua: Penulis harus menjelaskan juga latar belakang historis yang mempunyai hubungan langsung dengan persoalan yang akan diargumentasikan, sehingga dengan demikian pembaca dapat pemperoleh pengertian dasar mengenai hal tersebut. Namun demikian, apa yang diuraikan dalam pendahuluan tidak boleh terlalu banyak, karena fungsi pendahuluan sekadar menimbulkan keinginnan-tahu, bukan menguraikan persoalannya.
Ketiga: Dalam bagian pendahuluan penulis argumentasi kadang-kadang mengakui adanya persoalan-persoalan yang tidak dimasukkan dalam argumentasi, Sebaliknya ia mungkin akan menegaskan suatua sistem yang dianggap akan menolongnya untuk sampai kepada konklusi yang benar. Sebab itu pengarang harus membedakan hal-hal yang berhubungan dengan selera dan hal-hal yang bertalian dengan fakta, sehingga dengan mempergunakan dasar tersebut ia dapat bergerak maju dengan mempergunakan fakta-fakta itu.
b.      Tubuh Argumen
Seluruh proses penyusunan argument terletak pada kemahiranh dan keahlian penulisnya, apakah ia sanggup meyakinkan pembaca bahwa hal yang dikemukakannya itu benar, sehingga dengan demikian konklusi yangdisimpulkannya juga benar. Hakikat kebenaran mencakup pula persoalan menyediakan jalan pikiran yang benar bagi pembaca, sehingga mereka dapat menerima bahwa kesimpulan yang diturunkan juga benar. Kebenaran dalam jalan pikiran dan konkl;usi itu mencakup beberapa kemahiran tertentu: kecermatan mengadakan seleksi fakta yang benar, penyusunan bahan secara baik dan teratur, kekritisan dalm proses berpikir, penyuguhan fakta, evidensi, kesaksian, permis dan sebagainya dengan benar. Sebab itu, kebenaran harus dianalisa, di susun dan dikemukakan dengan mengadakan observasi, eksperimen, penyusunan kata, evidensi dan jalan pikiran yang logis. Selama menggarap argumentasinya, pengarang harus terus menerus menetapka dirinya di pihak pembaca, misalnya dengan menanyakan: apakah evidensi itu dapat diterima bila ia berada di tempat pembaca; apakah evidensi itu sungguh-sungguh mempunyai pertalian dengan pokok persoalan; apakah tidak ada cara lain yang lebih baik, dan sebagainya.
Akhirnya perlu ditegaskan lagi, bahwa pengungkapan evidensi itu harus merupakan suaru proses yang selektif, dengan menampilkan bahan-bahan yang terbaik saja serta menolak evidensi-evidensi yang kurang baik. Bahaya menampilkan terlalu banyak evidensi ialah, bahwa evidensi-evidensi yang terbaik akan hilang atau menjadi lemah dalam suatu massa bahan-bahan yang tidak ada hubungan timbale-balik. Untuk membuktikan sesuatu, maka evidensi-evidensi  yang dikemukakan hendaknya secukupnya saja, tidak perlu berlebih-lebihan.
c.       Kesimpulan dan Ringkasan
Dengan tidak mempersoalkan topik mana yang dikemukakan dalam argumentasi, pengarang harus menjaga agar konklusi yang disimpulkannya tetap memelihara tujuan, dan menyegarkan kembali ingatan pembaca tentang apa yang telah dicapai, dan mengapa konklusi-konklusi itu diterima sebagai sesuatu yang logis. Dalam tulisan-tulisan biasa di mana tidak boleh dibuat kesimpulan-kesimpulan, maka dapat dibuat ringkasan dari pokok-pokok yang penting sesiau dengan urutan argumen-argumen dalam tubuh karangan itu.

C. Topik dan Metode
Kata topic sendiri sebenarnya berasal dari kata Yunani topoi, yang berarti ‘wilayah’ atau ‘tempat’. Topoi inilah yang dapt memberikan fakta-fakta bagi sebuah argumentasi. Sebaliknya topic atau sumber atau dengan bahasa kita sekarang pokok permasalahan, terdiri dari bagian pengalaman yang merupakan kesatuan, yang dapat menurunkan proposisi-proposisi bagi sebuah argumentasi. Topic yang dijadikan landasan proposisi-proposisi dapat dijabarkan menjadi bermacam-macam metode argumentasi.
Beberapa metode yang akan dikembangkan dari topic yang ada adalah: genus dan definisi, sebab dan akibat, sirkumstansi, persamaan, perbandingan, pertentangan, kesaksian dan autoritas.
a. Genus dan Definisi
Dalam proposisi ini makhluk fana merupakan genus atau kelas. Dalam genus ini terdapat semua argument atau bukti yang dimiliki pula oleh semua anggota kelasnya; salah satu dari anggota kelas itu ialah ‘manusia’. Di sini pengarang harus mengajukan argument-argumen atau fakta-fakta mengenai genus ‘makhluk fana’, sehingga dapat meyakinkan semua orang bahwa benar kelas itu memiliki tersebut, atau ciri-ciri tersebut merupakan cirri kelas itu. Dan selanjutnya apa yang dianggap benar mengenai kelas tersebut, berlaku pula bagi semua anggota kelas. Definisi mengenai manusia sebagai makhluk fana tidak akan menghadapi kesulitan. Tetapi dalam hal ini timbul kesulitan untuk mencapai kesepakatan. Sebab itu penulis-penulis biasanya membuat definisi luas dengan berusaha menjelaskan cir-ciri yang dikenakan pada sebuah genus.
Argument-argumen yang mempergunakan genus dan definisi memiliki hakikat yang sama, sebab keduanya mempergunakan wujud barang atau klasifikasi yang sudah ada. Klasifikasi dapat pula merupakan sesuatu yang baru berkat pemikiran pengarang. Namun dalam hal mana pun harus jelas dasar dan ciri kelas yang dikemukakannya. Genus adalah sesuatu yang lebih luas lingkupnya dari obyek yang dibicarakan, sedangkan contoh adalah genus dari obyek yang dibicarakan.

  1. Sebab dan Akibat
Topik atau isi argumen yang didasarkan pada sebab-akibat selalu mempergunakan proses berpikir yang bercorak kausal. Proses berpikir ini menyatakan, bahwa suatu sebab tertentu akan mencakup sebuah akibat yang sebanding, atau sebuah akibat tertentu akan mencakup pula sebab yang sebandin. Sebab itu, bila terdapat sebuah sebab yang hebat, akan lahir pula sebuah akibat yang dahsyat, dan jika kita menghadapi suatu situasi yang sangaat parah, maka harus kembali pada sebuah sebab yang hebat.
  1. Keadaan atau Sirkumstansi
Sering dalam menghadapi suatu persoalan, kita mengatakan bahwa “kita terpaksa melakukan hal itu” atau “Tidak ada jalan lain kecuali itu”, dan seterusnya. Inilah yang dimaksud dengan keadaan atau sirkumstansi. Keadaan sendiri adalah suatu proses yang digolongkan dalam proses sebab-akibat. Tetapi tindakan yang dilakukan seseorang tidak dapat dibenarkan melalui prinsip-prinsip logis. Ia terpaksa melakukan tindakan itu karena fakta-fakta tidak memungkinkan ia berbuat lain; pembuktiannya hanya melalui keadaan tadi. Penulis harus berusaha menyodorkan situasi yang terpaksa itu, untuk membenarkan tindakannya. Kalau penyajian keadaan itu tidak meyakinkan sebagai keadaan terpaksa, maka argumentasinya akan ditolak. Suasana terpaksa tidak boleh menghasilkan alternative-alternatif.
Sirkumstansi atau keadaan tergolong dalam relasi kausal. Tetapi sejauh tidak ada alternatif lain, maka keadaan itulah yang dijadikan argumen.

  1. Persamaan
Kekuatan argumentasi dengan mempergunakan metode persamaan meletak pada suatu pernyataan mengenai kesamaan antara dua barang. Dalam analogi, sebagai suatu upaya logika, dikatakan bahwa jika dua barang atau hal mirip dalam sejumlah aspek tertentu, maka ada kemungkinan mereka mirip pula dalam aspek lainnya. Bila argumentasi mempergunakan persamaan sebagai landasan metodenya, maka premis mayor mengemukakan prinsip-prinsip persamaan, yang memang menurut logika tidak dapat disangkal. Premis minor sebaliknya mengungkapkan fakta-fakta persaman yang ada antara dua hal atau barang.
  1. Perbandingan
Antara persamaan/similitudo dan perbandingan terhadap kesamaan, tetapi juga terdapat perbedaan. Dalam perbandingan tercakup pengertian, bahwa salah satu dari hal yang diperbandingkan Lebih kuat/afortiori dari hal lain yang dijadikan dasar perbandingan. Penulis yang mempergunakan metode argumentasi ini harus menyadari bahwa ia menghadapi dua kemungkinan; kemungkinan kedua mempunyai peluang atau kepastian lebih tinggi dari kemungkinan pertama; akibatnya, bila ia menyetujui kemungkinan yang kedua.
  1. Pertentangan
Argumentasi adalah metode pertentangan atau kebalikan berasumsi, bahwa jika kita memperoleh keuntungan dari fakta atau situasi tertentu, maka fakat atau situasi yang bertentangan dengan fakta dan situasi tadi akan membawa bencana atau malapetaka bagi kita. Argumentasi dengan mempergunakan cara ini termasuk dalam argumentasi yang didasarkan pada relasi antar pelbagai fakta dan peristiwa, seperti halnya dengan persamaan dan perbandingan.
  1. Kesaksian dan Autoritas
Kesaksian dan autoritas merupakan topic atau sumber yang bersifat dari luar. Disebut sebagai sumber luar karena semua premis atau proposisi yang digunakan merupakan pencerapan atau persepsi orang lain yang siap kita gunakan. Lain halnya dengan sumber yang bersifat sebab-akibat, definisi dan sebagainya. Di sini kita menghadapi persoalan bahwa kesaksian irtu sebagai suatu bahan jadi, tidak boleh diteri begitu saja. Kesaksian dapat menimbulkan kekuatan atau tidak tergantung pula dari kepercayaan pada orang yang memberi kesaksian itu.
Mirip dengan kesaksian adalah autoritas.Argumen dengan mempergunakan autoritas, didasarkan pada pendapat atau ucapan dari seorang yang terkenal, atau seseorang yang diakui keahliannya. Pendapatnya mengenai masalah yang dipersoalkan dianggap sebagai kata akhir, sebagai sesuatu yang final. Baik kesaksian maupun autoritas tidak memiliki tenaga dalam dirinya sendiri/intrinsic, teapi tenaga yang ada padanya tergantung pada kepercayaan atas saksi dan kualitas autoritas. Kesaksian biasanya diterima baik, jika saksi dinggap tahu betul fakta dan kejadiannya, dan ia sendiri tidak mempunyai kepentingan dengan hasil argument itu.




BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam sebuah argumentasi, pembicara atau pengarang harus yakin bahwa semua premis mengandung kebenaran, sehingga ia dapat mempengaruhi sikap hadirin atau pembaca. Proses pengumpulan untuk argumentasi itu sendiri merupakan latihan keahlian dan keterampilan tersendiri, suatu latihan yang intensif dan akurat bagaimana seorang dapat memperoleh informasi-informasi yang tepat untuk tiap obyek atau persoalan.

B. Saran
Bila seorang pengarang menghadapi suatu persoalan yang serius dan yang dapat membawa akibat yang besar, serta ingin mengemukakan masalah tersebut dalam tulisan, maka ia harus mengambil sikap yang pasti untuk mengungkapkan segala persoalan itu dengan kesanggupan intelektualnya, dan bukan sekadar mana-suka atau dengan pendekatan yang emosional.


DAFTAR PUSTAKA
Kerap, Guys. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia, 1982.
Ali, Lukman, ed. Bahasa dan Kesustraan Indonesia Sebagai Tjermin Manusia
Indonesia Baru. Jakarta: Gunung Agung, 1967.









Makalah Bahasa Indonesia Argumentasi


KATA PENGANTAR



Assalamualaikum wr.wb.

Alahamdulillah,Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Berkat kudrat dan iradat-Nya akhirnya kita dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang “KalimatArgumentasi” ini.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.

              Dalam kesempatan ini saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Dosen Pembimbing. Kemudian tidak kalah pentingnya dengan dukungan dan dorongan teman-teman sekalian.

Dalam makalah ini saya menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saya mengharapkan segala kritik dan saran guna perbaikan dan kesempurnaan makalah ini nantinya. Semoga makalah ini bermanfaatbagi penyusun khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Terimakasih.
Wasalamualaikum wr.wb.



Malang,11 November 2012


Penyusun,




DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................1          
Daftar Isi........................................................................................ 2
Bab 1 Pendahuluan........................................................................ 3
          1.1   Latar Belakang......................................................................... 3
          1.2   Rumusan Masalah................................................................... 3
          1.3   Tujuan.................................................................................... 3
Bab 2 Pembahasan......................................................................... 4
2.1 Pengertian Persuasi  ................................................................. 4
2.2 Langkah-langkah Membuat Persuasi ......................................... 7
2.3 Tehnik Pengembangan paragrap persuasi  ................................ 9
                2.4 Ciri-ciri Paragraf Persuasif .................................................................................... 13
Bab 3 Penutup.............................................................................. 22
3.1 Kesimpulan ............................................................................ 22
3.2 Kritik dan Saran....................................................................... 22
Daftar Pustaka............................................................................   21









Bab 1
Pendahuluan
1.1      Latar Belakang
Sebagaimana kita ketahui bahwa mengarang pada hakikatnya adalah  mengungkapkan atau menyampaikan,ide, gagasan, informasi, atau pengalaman melalui bahasa tulis. Pengungkapan atau penyampaian gagasan ini dapat diwujudkan melalui berbagai unsur bahasa. Gagasan dapat diungkapkan melalui kata atau kalimat. Ada gagasan diungkapkan dengan paragraf. Bahkan, gagasan yang lengkap diwujudkan melalui karangan utuh.
Seperti dikemukakan di atas, gagasan dapat diungkapkan melalui bentuk paragraf atau karangan utuh. Penyampaian gagasan melalui karangan dapat dibedakan atas berbagai macam berdasarkan tujuan yang hendak dicapai penulisnya. Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai oleh penulisnya, kita mengenal karangan di antaranya argumentasi dan persuasi. Jenis karangan persuasi tentu sudah pernah kita dengar. Paling tidak, istilah ini tidak asing bagi kita. Agar jenis karangan ini dapat kita pahami secara benar dan utuh, modul ini akan menyajikan beberapa informasi dan contoh mengenai jenis karangan ini. Informasi-informasi tersebut meliputi karakteristik, langkah-langkah penyusunan, dan contoh jenis karangan persuasi. Selain itu, modul ini memuat contoh kasus pembelajaran dan latihan penyusunan karangan persuasi. Urutan materi tersebut menggambarkan urutan kegiatan pengalaman belajar yang akan kita ikuti.
1.2      Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara membuat karangan Persuasi dengan benar ?
2. Bagaimana ciri-ciri dari Persuasi ?
3.Bagaimana langkah-langkah penulisannya ?
4.Bagaimana Contoh Paragraf Persuasi ?
1.3      Tujuan
1. Mengetahui cara membuat karangan Persuasi dengan benar.
2. Mengetahui ciri-ciri dari Persuasi.
3.Mengetahui langkah-langkah penulisannya.
4.Mengetahui Contoh Paragraf Persuasi.
Bab II
 Pembahasan

2.1       Pengertian Persuasi
Metode ini paling banyak digunakan untuk membujuk (to persuade) orang sehingga secara tidak sadar mengikuti keinginan komunikator yang menyampaikan bujukan. Dengan metode persuasi, seseorang atau sekelompok orang tidak merasa bahwa perubahan dalam dirinya adalah akibat pengaruh dari luar. Dia yakin bahwa dorongan merubah sikap, pendapat atau perilakunya memang sudah lama ada dalam dirinya. Metode ini yang akan dibahas lebih lanjut karena dari pengalaman para ahli pemasaran dan perubah perilaku, persuasi adalah metode yang terbukti paling ampuh dalam mendorong perubahan dan mempertahankan perubahan itu dalam jangka yang sangat lama.
A. Falsafah Komunikasi Persuasif
Manusia dan komunikasi merupakan satu kesatuan. Komunikasi melekat pada diri manusia, sehingga we can not live without communicate. Keberadaan komunikasi, karena begitu melekatnya pada diri manusia sering tidak disadari. Manusia cenderung beranggapan bahwa dirinya mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi. Akibatnya, masalah-masalah yang muncul yang berkaitan dengan komunikasi, seringkali diselesaikan sendiri.
Dalam mempelajari komunikasi persuasif, memahami aspek filosofis komunikasi persuasif, sangat ditekankan. Hal ini mengingat bahwa komunikasi persuasif, sebagaimana halnya ilmu-ilmu yang lain, memiliki tiga aspek filosofis keilmuan, yaitu aspek ontologi, aspek epistemologi, dan aspek aksiologi.
Dengan memahami ketiga aspek filosofi ilmu tersebut, kita dapat membedakan berbagai ilmu pengetahuan yang terdapat di dalam khasanah kehidupan manusia. Hal yang terpenting adalah kita akan mengenali ciri-ciri dari Ilmu Komunikasi Persuasif, serta dapat memanfaatkannya secara maksimal untuk kesejahteraan umat manusia.
Aspek ontologi, menyangkut pertanyaan apa yang dikaji oleh suatu ilmu, aspek epistemologi berkaitan dengan pertanyaan cara-cara memperoleh ilmu tersebut, dan aspek aksiologi berkenaan dengan pertanyaan penggunaan dari ilmu tersebut.
Dalam melakukan komunikasi persuasif, kita harus memahami kriteria tanggung jawab persuasi, sebagaimana yang dikemukakan Larson, yaitu adanya kesempatan yang sama untuk saling mempengaruhi, memberi tahu audiens tentang tujuan persuasi, dan mempertimbangkan kehadiran audiens“.
B. Konsep-konsep Dasar Komunikasi Persuasif
Komunikasi ada dalam segala aktivitas hidup kita. Bentuknya bisa berupa tulisan, lisan, gambar, isyarat, kata-kata yang dicetak, simbol visual, audio visual, rabaan, suara, kimiawi, komunikasi dengan diri sendiri, kelompok, organisasi, antarpersona, dialogis, dan lain-lain.
Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin ”communicare”, yang berarti berpartisipasi, memberitahukan, atau menjadi milik bersama.
Dalam definisi komunikasi yang dikemukakan beberapa ahli, walaupun pengungkapannya beragam, namun terdapat kesamaan telaah atas fenomena komunikasi. Kesamaan tersebut nampak dalam isi yang tercakup di dalamnya, yaitu adanya komunikator, komunikan, pesan, media/saluran, umpan balik, efek, dampak serta adanya tujuan dan terbentuknya pengertian bersama.
Untuk memahami komunikasi, dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu perspektif umum dan perspektif paradigmatik. Perspektif secara umum dapat dilihat dari dua segi, yaitu pengertian secara etimologis, dan pengertian secara terminologis.
Istilah persuasi bersumber dari bahasa Latin, persuasio, yang berarti membujuk, mengajak atau merayu.
Persuasi bisa dilakukan secara rasional dan secara emosional. Dengan cara rasional, komponen kognitif pada diri seseorang dapat dipengaruhi. Aspek yang dipengaruhi berupa ide ataupun konsep. Persuasi yang dilakukan secara emosional, biasanya menyentuh aspek afeksi, yaitu hal yang berkaitan dengan kehidupan emosional seseorang. Melalui cara emosional, aspek simpati dan empati seseorang dapat digugah.
Dari beberapa definisi komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli, tampak bahwa persuasi merupakan proses komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku seseorang, baik secara verbal maupun nonverbal.
Komponen-komponen dalam persuasi meliputi bentuk dari proses komunikasi yang dapat menimbulkan perubahan, dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar, dilakukan secara verbal maupun nonverbal.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam komunikasi persuasi meliputi kejelasan tujuan, memikirkan secara cermat orang-orang yang dihadapi, serta memilih strategi yang tepat.
Ruang lingkup kajian ilmu komunikasi persuasif meliputi sumber, pesan, saluran/media, penerima, efek, umpan balik, dan konteks situasional.
Pendekatan yang digunakan dalam komunikasi persuasif adalah pendekatan psikologis. Tiga fungsi utama komunikasi persuasif adalah control function, consumer protection function, dan knowledge function.
Paragraf persuasi adalah bentuk karangan yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang, baik pembaca maupun pendengar agar melakukan sesuatu yang dikehendaki penulis. Salah satu bentuk paragraf persuasi yang dikenal secara umum adalah propaganda yang dilakukan berbagai badan, lembaga, atau perorangan.
                Bentuk persuasi yang dikenal umum adalah propaganda yang dilakukan berbagai badan, lembaga, atau perorangan; iklan dalam surat kabar, kampanye, selebaran.
Persuasi menggunakan pendekatan emotif, yaitu pendekatan yang berusaha membangkitkan dan merangsang emosi pembaca. Di samping itu, karangan persuasi pun biasanya menggunakan pendekatan rasional, yakni dengan menyampaikan fakta-fakta untuk meyakinkan pembaca atau pendengar.
Kalimat persuasi bertujuan untuk : 
1.      Mengajak
2.      Membujuk      
3.      Mempengaruhi


2.2         Langkah-langkah Membuat Persuasi
1.Menentukan Topik dan Tujuan Dalam Paragraf Persuasif
Dalam paragraf persuasif, tujuan penulis dapat dikemukakan secaralangsung. Misalnya, topik yang dibuat oleh penulis adalah “Menghidaripengaruh buruk nakotika dan obat-obatan terlarang lainnya”.Tujuan penulisan yang dapat dirumuskan adalah meyakinkan pembacabahwa narkotika dan obat-obat terlarang lain merupakan pembunuhberdarah dingin yang secara perlahan membawa pecandunya ke lianglahat.
2.Membuat kerangka Karangan Paragraf Persuasif
Agar susunan tulisan persuasif itu sistematis dan logis, kerangka tulisanperlu mendapat perhatian dalam perumusannya.
Susunan pembahasan yang tepat untuk paragraf persuasif adalahsusunan logis dengan urutan sebab akibat. Dengan pembahasan sepertiini, pembaca langsung dihadapkan pada masalah yang sedang dibahas.
3.Mengumpulkan Bahan Untuk Paragraf Persuasif
Bahan dapat diperoleh melalui kegiatan pengamatan, wawancara, danpenyebaran angket kepada responden.
Pada saat mengumpulkan bahan, kita dapat membuat catatan, baikkutipan langsung maupun tidak langsung, yang nantinya dapat dijadikansebagai barang buktiContoh : “Peneliti mengungkapkan bahwa sebab-sebab seseorang dapatterjerumus ke dalam dunia narkotika: 45% broken home, 20% frustasi,17% ingin disebut modern, dan sisanya karena sebab lain (Sukartono,1987:45)“Artinya: Data tersebut diperoleh dari buku karangan Sukartono yangditerbitkan pada tahun 1987, halaman 45.
4.Menarik Kesimpulan dari Paragraf Persuasif
Penarikan kesimpulan dalam suatu karangan persuasi harus kita lakukandengan benar agar tujuan kita tercapai. Suatu kesimpulan dapat dibuatapabila data yang diperoleh telah dianalisis. Penarikan kesimpulan dapatdilakukan dengan cara induktif atau deduktif.Contoh:Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di beberapa kota besardi Jawa Barat dapat dikemukakan ciri-ciri seorang pecandu narkobaadalah ....
5.Penutup Paragraf Persuasif
Pada bagian ini penulis akan memberitahukan inti dan maksud daripenjabaran fakta-fakta yang ada dalam paragraf tersebut dalam 1-2kalimat berupa ajakan atau himbauan yang biasanya terletak pada akhirkalimat (induktif).contoh:Oleh karena itu, alangkah baiknya jika kita sebagai penduduk Kota Jakartaberusaha untuk melestarikan lingkungan kota ini dengan berbagai macamusaha. Di antaranya adalah dengan penghijauan, pembuatan taman kota,dan pelarangan membuang sampah di sembarang tempat. Ini semuadapat mengendalikan keindahan Kota Jakarta.
Pendekatan yang dipakai dalam persuasi adalah pendekatan emotif yang berusaha membangkitkan dan merangsang emosi.
Contoh :
1.Propaganda kelompok / golongan, kampanye
Tujuannya agar masyarakat mendukung partai, kelompok atau golongantersebut.
2.Iklan dalam media massa,lebaran, dsb
Tujuannya agar pembaca atau siapapun yang melihat iklan tersebutmembeli barang atau menggunakan jasa tersebut.
2.3      Teknik Pengembangan Paragraf Persuasi
Inilah sembilan trik yang dapat Anda terapkan untuk dapat membujuk dan mempengaruhi orang lain:
1.      Bercermin dengan orang lain.
Lakukan hal ini dengan menirukan gerakan tangan, membungkukkan badan ke depan atau belakang, atau berbagai gerakan kepala dan lengan lainnya. Kadang-kadang kita melakukannya tanpa sadar, namun bila Anda menyadarinya, pelajari lebih lanjut. Beberapa hal yang perlu diingat adalah Anda harus melakukannya dengan halus, dan buat jeda sekitar 2-4 detik antara gerakan orang tersebut dengan gerakan Anda.

2.      Kelangkaan.
Inilah yang paling sering dilakukan seorang pembuat iklan. Kesempatan memiliki sesuatu terlihat sangat menarik ketika persediaan begitu terbatas. Hal ini akan berguna untuk orang yang memang sedang membutuhkan, namun yang lebih penting, inilah metode persuasi yang harus diwaspadai. Berhentilah, dan pertimbangkan seberapa sering Anda dipengaruhi berita bahwa sebuah produk sedang langka? Jika memang produk itu langka, tentu akan ada banyak permintaan untuk barang tersebut bukan?
3.      Membalas budi.
Ketika seseorang berbuat baik pada kita, kita sering merasa dituntut untuk melakukan sesuatu untuknya. Jadi, jika Anda ingin seseorang melakukan sesuatu untuk Anda, Anda bisa memberikan sesuatu yang baik untuknya lebih dulu. Di lingkungan rumah, misalnya, Anda bisa menawarkan untuk meminjamkan peralatan memasak, tangga, atau apa pun, kepada tetangga yang terlihat sedang membutuhkan. Tidak masalah kapan, atau dimana Anda melakukannya, kuncinya adalah menghargai hubungan yang ada.
4.      Waktu yang tepat.
Orang cenderung setuju atau menurut pada Anda ketika mereka merasakan kelelahan secara mental. Sebelum Anda meminta sesuatu pada seseorang yang mungkin tidak akan langsung disetujuinya, cobalah untuk menunggu sampai ada kesempatan dimana mereka baru saja melakukan sesuatu karena terdesak. Temui dia saat hendak pulang dari kantor, dan katakan apa yang Anda mau. Seringkali jawabannya adalah, “Besok deh, aku kerjakan.”
5.      Keserasian.
Teknik ini kerap digunakan para petugas penjualan. Seorang salespeople akan menjabat tangan Anda saat sedang bernegosiasi. Dalam benak kebanyakan orang, berjabat tangan artinya bersepakat, sehingga dengan melakukannya sebelum kesepakatan tercapai, petugas sales seolah sudah mendapatkan transaksi yang ia inginkan. Cara yang tepat untuk melakukannya pada kegiatan sehari-hari adalah membuat seseorang bertindak sebelum mereka memutuskan. Misalnya, Anda mengajak seorang teman jalan-jalan, dan Anda ingin menonton film (padahal sang teman sedang tidak ingin). Anda bisa langsung mengajaknya ke bioskop sementara teman Anda sedang membuat keputusan akan menonton atau tidak.
6.      Obrolan yang cair.
Saat sedang berbicara, seringkali kita menggunakan frasa seperti “Mm…” atau “Maksud saya…” dan kata-kata lain yang menimbulkan jeda di tengah pembicaraan. Hal seperti ini sebenarnya menunjukkan rasa kurang percaya diri kita, yang dengan sendirinya membuat kita kurang persuasif. Jika Anda yakin dengan apa yang Anda katakan, orang lain pun akan mudah terbujuk dengan apa pun yang Anda katakan.
7.      Menggiring.
Kita semua terlahir menjadi pengikut. Kita sering memperhatikan apa yang dilakukan orang lain sebelum kita bertindak, karena kita membutuhkan penerimaan dari orang lain. Secara sederhana, cara efektif untuk menggunakan kebiasaan ini adalah dengan menjadi pemimpin, membuat orang lain mengikuti Anda. Misalnya, Anda sedang menghadiri seminar, dan memilih duduk di tengah-tengah. Begitu seminar dimulai, sang MC meminta hadirin untuk mengisi bangku-bangku kosong di depan. Nah, cobalah untuk menjadi orang pertama yang menggiring orang lain untuk menempati bangku tersebut.
8.      Benefit.
Tunjukkan pada orang lain apa keuntungan bagi mereka jika melakukan tindakan yang Anda sarankan ini. Namun perhatikan apa yang Anda sampaikan. Anda harus mengatakannya dengan optimis, mendorong, dan menyenangkan mereka. Sikap pesimis dan mengkritik tidak akan membantu. Coba ingat bagaimana Obama memenangkan pemilu akhir tahun lalu. Kata kuncinya adalah “Yes, we can!”. Mengatakan hal-hal buruk tentang orang lain, seperti yang dilakukan John McCain, tidak akan membuat orang bersimpati.
9.      Teman-teman dan penguasa.
Kita cenderung akan mengikuti atau terbujuk oleh seseorang yang berada di posisi yang lebih tinggi. Ini menjadi contoh yang baik untuk waspada akan “serangan” persuasif yang sedang dilakukan terhadap Anda. Di pihak lain, menjadi cara yang baik pula bagi Anda untuk melakukannya pada orang lain karena Anda akan terkejut betapa mudah membuat orang menyukai Anda dan memperoleh kekuasaan di antara kelompok Anda.
                Paragraf persuasi pada dasarnya merupakan kelanjutan atau pengembangan dari paragraf argumentasi. Adapun bagian-bagian persuasi adalah sebagai berikut.
  1. Bagian awal memaparkan gagasan tertentu
  2. Diikuti dengan memberikan alasan, bukti, atau contoh untuk meyakinkan dan memengaruhi pembaca.
  3. Ditutup dengan ajakan, bujukan, rayuan, imbauan, atau saran kepada pembaca.
Perbedaan argumentasi dengan persuasi
argumentasi
persuasi
tujuan
untuk mencapai suatu kesimpulan
untuk mencapai persetujuan atau kesesuaian penulis dengan pembaca sehingga pembaca menerima keinginan penulis
sasaran proses berpikir
kebenaran mengenai subjek yang dibicarakan
pembaca atau pendengar
banyaknya fakta
semakin banyak fakta yang digunakan semakin kuat kebenaran yang dipertahankan
fakta seperlunya saja
penggunaan bahasa
bersifat lugas atau apa adanya, sehingga terasa kaku
luwes dan menarik karena memang digunakan untuk membujuk
sasaran
logika pembaca
emosi/perasaan pembaca
fokus garapan
benar-salahnya gagasan atau pendapat
menggarap pembaca (manusia sebagai objek) agar mau mengikuti kehendak penulis






2.4 Ciri-ciri Paragraf  Persuasif
1. Persuasi bertolak dari pendirian bahwa pikiran manusia dapat diubah.
2. Harus menimbulkan kepercayaan para pembacanya.
3.Persuasi harus dapat menciptakan kesepakatan atau penyesuaian melalui kepercayaanantarapenulis dengan pembaca.
4. Persuasi sedapat mungkin menghindari konflik agar kepercayaan tidak hilang dan supayakesepakatan pendapatnya tercapai.
5. Persuasi memerlukan fakta dan data.
Yang tergolong kedalam persuasi :
a. Bentuk pidato, misalnya propaganda, kampanye lisan, dan penjual jamu ditempat-tempat terbuka.
b. Bentuk tulisan berupa iklan dan selebaran.
c. Bentuk elektronik, misalnya iklan di televisi, bioskop, dan internet
Dari segi ini, karangan persuasi dibagi menjadi empat macam, yaitu :
1. Persuasi politik
Sesuai dengan namanya, persuasi politik dipakai dalam bidang politik oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang politik dan kenegaraan. Para ahli politik dan kenegaraan sering menggunakan pesuasi jenis ini untuk keperluan politik dan negaranya. Kita akan bisa memahami persuasi politik lebih baik lagi, bila kutipan berikut ini kita kaji dengan teliti. Naskah persuasi politik berikut ini berkombinasi dengan eksposisi.
2. Persuasi pendidikan
Persuasi pendidikan dipakai oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang pendidikan dan digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Seorang guru, misalnya, bisa menggunakan persuasi ini untuk mempengaruhi anak supaya mereka giat berlajar, senang membaca dan lain-lain. Seorang motivator atau inovator pendidikan bisa memanfaatkan persuasi pendidikan dengan menampilkan konsep-konsep baru pendidikan untuk bisa dilaksanakan oleh pelaksana pendidikan. Kutipan artikel berita ini dapat dijadikan bahan menelaah karangan persuasi pendidikan.
3. Persuasi advertensi
Persuasi iklan dimanfaatkan terutama dalam dunia usaha untuk memperkenalkan suatu barang atau bentuk jasa tertentu. Lewat persuasi iklan ini diharapkan pembaca atau pendengar menjadi kenal, senang, ingin memiliki, berusaha untuk memiliki barang atau memakai jasa yang ditawarkan. Karena itu,advertensi diberi predikat jalur komunikasi antara pabrik dan penyalur, pemilik barang dan publik sebagai konsumen. Iklan itu beraneka ragam, ada yang sangat pendek, ada pula yang panjang.
Persuasi iklan yang baik adalah persuasi yang mampu dan berhasil merangsang konsumen membeli barang yang ditawarkan. Sebaliknya, persuasi iklan itu tergolong sebagai persuasi yang kurang baik apabila tidak berhasil merangsang konsumen untuk membeli barang yang diiklankan.

4. Persuasi propaganda
Objek yang disampaikan dalam persuasi propaganda adalah informasi. Tentunya tujuan persuasi tidak hanya berhenti pada penyebaran informasi saja. Lebih dari itu, dengan informasi diharapkan pembaca atau pendengar mau dan sadar untuk berbuat sesuatu.
Persuasi propaganda sering dipakai dalam kegiatan kampanye. Isi kampanye biasanya berupa informasi dan ajaka. Tujuan akhir dari kampanye adalah agar pembaca atau pendengar menuruti isi ajakan kampanye tersebut. Pembuatan informasi tentang seseorang yang mengidap penyakit jantung yang disertai dengan ajakan pengumpulan dana untuk pengobatannya, atau selebaran yang berisi informasi tentang situasi tertentu yang disertai ajakan berbuat sesuatu adalah contoh persuasi propaganda. Perhatikan kutipan karangan persuasi propaganda dibawah ini.
                Persuasi sebagai sebuah metode yang dipilih sebagai strategi komunikasi karena tujuan dari komunikasi yang dilakukan oleh pustakawan adalah lahirnya minat baca dan minat kunjung perpustakaan. Minat (interest) dalam pengertian umum adalah kecenderungan perilaku yang berasal dari dalam diri individi yang dapat menggambarkan sikap dan pendapat seseorang terhadap sebuah objek sebagai sebuah awal sebelum akhirnya menjadi sebuah tindakan. Dengan pengertian lain bahwa minat selalu muncul dari dalam diri seseorang yang bangkit atau dibangkitkan karena ketertarikan pada sesuatu di luar dirinya.
Untuk dapat menjalankan metode persuasi diperlukan beberapa komponen komunikasi yang harus terlibat secara utuh dan berkaitan satu sama lain dengan erat. Berikut akan diuraikan masing komponennya:
1. Komunikator
Komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan komunikasi sehingga dapat sampai dan dimengarti oleh penerimanya. Untuk dapat menggunakan metode persuasi secara efisien, seorang pustakawan yang bertindak sebagai komunikator haruslah orang yang memiliki kredibilitas tinggi (diukur dari kecakapan berkomunikasi lisan dan tulisan, penampilan yang menyenangkan, sikap yang meyakinkan, percaya diri yang tinggi) sehingga menumbuhkan kepercayaan bagi mereka yang menerima pesan. Apabila di perpustakaan belum terdapat orang dengan kriteria itu, bisa juga meminta bantuan (menyewa) orang yang sudah ahli sebagai konsultan atau pelaku langsung.
Disamping kredibilitas, komunikator juga dituntut untuk menilai positif (positiveness) dan mendukung (supportiveness) tujuan komunikasi. Komunikator juga harus terbuka dan jujur. Penerima pesan tidak boleh melihat ada kesan ketidak jujuran pada diri komunikator. Untuk dapat mengetahui apa yang sebenarnya diinginkan dan disukai oleh sasaran komunikasi, seorang komunikator harus memiliki empati atau kepekaan pada apa yang dirasakan oleh sasaran sehingga dia merasa diperhatikan. Orang sangat suka diperhatikan, dan itulah yang seharusnya diberikan oleh seorang komunikator.
2. Pesan Komunikasi
Setelah komunikator terpilih, komponen kedua yang juga harus diperlakukan dengan sangat hati-hati adalah pesan komunikasi. Berbeda dengan pesan informatif yang sangat kuat dalam memberikan instruksi atau saran tindakan, atau dengan pesan koersi yang terasa dan jelas sekali kesan ancaman yang disampaikan, pesan persuasi harus sangat halus dan hampir tidak kentara “paksaannya.” Pesan tidak boleh terasa diarahkan pada sasaran, tetapi justru berkesan bahwa pesan adalah untuk orang lain. Tidak ada instruksi di dalamnya melainkan contoh hasil tindakan orang lain.
Melalui kemasan pesan seperti ini maka yang akan muncul pada individu atau kelompok sasaran adalah keinginan meniru orang lain yang dicontohkan, bukan karena merasa disuruh atau dipaksa berbuat. Perhatikan contoh pesan berikut (konsep ini juga digunakan oleh banyak iklan):
“Bacalah buku dan kunjungi perpustakaan, maka anda akan menjadi orang yang cerdas dan mendunia”
Perhatikan pesan kedua:
“Tantowi Yahya tidak pernah lupa membaca setiap hari. Seminggu dua kali ia
kunjungi perpustakaan. Itu yang membuatnya nampak cerdas dalam
mengantarkan acara Who wants to be a millionaire.”
Pada pesan pertama kesan ‘perintah’ sangat terasa (BACALAH) walaupun niatnya adalah menghimbau, bukan memaksa. Sedangkan pada pesan kedua, pembaca tidak pernah diminta berbuat apapun, hanya ditunjukkan sebuah contoh.Untuk dapat menyusun pesan persuasi yang baik dan kuat, seorang pustakawan harus rajin membaca dan mengkaji pesan-pesan dalam iklan, kemudian memilih yang dinilai paling efisien untuk kemudian menjadikannya sebagai dasar gagasan (bukan menjiplak!) dalam membuat pesan persuasi tentang apa yang akan terjadi pada seseorang jika membaca dan berkunjung ke perpustakaan.
3. Media Komunikasi
Dalam metode persuasi, media merupakan komponen yang cukup penting karena jika terpilih dengan tepat akan mampu menyampaikan pesan persuasi dan menjangkau sasaran dengan tepat. Maka seorang pustakawan harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang karakter umum setiap jenis dn bentuk media komunikasi (bukan kajian ilmiahnya).
Bentuk media komunikasi secara umum terdiri atas media personal (untuk sasaran perorangan), media kelompok (menjangkau sasaran kelompok pada sebuah tempat tertentu), dan media massa (menjangkau sasaran yang besar dan berbeda tempat). Sedangkan jenis media adalah cetak dan elektronik. Jadi jika digabungkan terdapat kelompok media personal elektronik (telefon, e-mail), media personal cetak (surat, kartu ucapan), media kelompok elektronik (millist, facebook, bulletin board), media kelompok cetak (poster, terbitan internal), dan media massa elektronik (televisi, radio), media massa cetak (koran, majalah).
Pemilihan media dilakukan setelah pustakawan mengetahui media yang paling sering diakses oleh sasaran (dengan alasan mudah diperoleh, dimiliki dan digunakan oleh sasaran). Dengan pengetahuan ini maka tingkat jaminan bahwa pesan akan ‘terbaca’ (accessed/ reached) oleh sasaran menjadi cukup tinggi. Pustakawan tidak boleh menggunakan media karena dia suka dan hanya bisa menggunakan media tertentu saja.
Setelah media ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah pengemasan pesan yang disesuaikan dengan sifat media terpilih. Misalnya media massa elektronik memiliki sifat ‘selintas dan tak terulang’, maka pesan yang disampaikan harus sangat pendek dan mudah diingat atau sangat berkesan. Adegan seorang Agnes Monica sedang membaca buku di meja baca perpustakaan UPH lebih mengesankan dan mudah diingat dibandingkan sekumpulan teks tentang guna dan manfaat membaca di perpustakaan. Tetapi dalam sebuah Blog pustakawan, orang lebih ‘berminat’ membaca pengalaman sang pustakawan bertemu presiden RI setelah menang lomba menulis cerita yang bahannya dia ambil dari Perpustakaan Umum Kota Bangka (atau peristiwanya dikarang layaknya sebuah iklan!).
Di samping isi, pesan juga harus dikemas dengan daya tarik tinggi. Kembali lagi, dasar kemasan adalah karakter sasaran komunikasi. Sasaran remaja harus mendapat pesan persuasif dalam kemasan yang bergaya muda, baik pilihan kata, jenis huruf, warna dan ilustrasi yang ditempelkannya. Begitu pula bagi sasaran anak-anak atau orang dewasa.
Contoh Paragraf Persuasi
Sistem pendidikan di Indonesia yang dikembangkan sekarang ini masih belum memenuhi harapan. Hal ini dapat terlihat dari keterampilan membaca siswa kelas IV SD di Indonesia yang berada pada peringkat terendah di Asia Timur setelah Philipina, Thailand, Singapura, dan Hongkong. Selain itu, berdasarkan penelitian, rata-rata nilai tes siswa SD kelas VI untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA dari tahun ke tahun semakin menurun. Anak-anak di Indonesia hanya dapat menguasai 30% materi bacaan. Kenyataan ini disajikan bukan untuk mencari kesalahan penentu kebijakan, pelaksana pendidikan, dan keadaan yang sedang melanda bangsa, tapi semata-mata agar kita menyadari sistem pendidikan kita mengalami krisis. Oleh karena itu, semua pihak perlu menyelamatkan generasi mendatang. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memperbaiki sistem pendidikan nasional.
Pencemaran Sungai Ciliwung sudah sangat parah dan dapat dikategorikan sebagai pencemaran tingkat berat. Rumah tangga merupakan penyumbang terbesar sampah di Sungai Ciliwung. Jika kondisi ini terus berlanjut, sejumlah daerah yang menggantungkan sumber air dari Sungai Ciliwung dikhawatirkan akan mengalami krisis. Untuk itu, kesadaran untuk menjaga lingkungan perlu ditanamkan secara kuat kepada masyarakat. Jika lingkungan terjaga maka kita jugalah yang akan diuntungkan.
Kita semua mengetahui bahawa kondisi lingkungan Kota Jakarta sudah sangat memprihatinkan. Banyak sekali sungai yang kotor akibat pembuangan limbah yang tidak teratur serta pencemaran udara akibat asap kendaraan bermotor yang semakin banyak. Ini semua dapat menyebabkan gangguan bagi makhluk hidup di Kota Jakarta, temasuk manusia. Pernapasan kita dapat terganggu dan keindahan Kota Jakarta tercemar. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika kita sebagai penduduk Kota Jakarta berusaha untuk melestarikan lingkungan kota ini dengan berbagai macam usaha. Di antaranya adalah dengan penghijauan, pembuatan taman kota, dan pelarangan membuang sampah di sembarang tempat. Ini semua dapat mengendalikan keindahan Kota Jakarta.
Banyak orang yang meremehkan sampah. Bahkan, tidak terpikirkan hal yang akan ditimbulkannya. Walaupun tempat sampah banyak disesidakan, tetapi kepedualian seseorang terhadap sampah sangat kurang. Sebagai siswa, kamu sebaiknya menyadari dan memiliki sikap peduli terhadap sampah. Oleh karena itu, buanglah sampah pada tempat sampah.
Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menghasilkan penduduk yang berkualitas sebagai modal pembangunan. Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh bagi penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang amat sangat penting di abad ke-21 ini. Indonesia sebagai negara berkembang, masih memiliki tingkat pendidikan yang bisa dibilang masih cukup rendah. Menurut data United Nation Development Programme (UNDP), tingkat pendidikan masyarakat Indonesia berada di peringkat 124 dari 187 negara yang disurvei. Tingginya angka putus sekolah karena ketidakadaan biaya mungkin menjadi sebab rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Indonesia ini. Oleh karena itu, sudah menjadi tanggungjawab seluruh komponen bangsa untuk membantu mereka yang membutuhkan agar dapat melanjutkan pendidikannya.
Masyarakat Hindu di Bali mempunyai upacara kematian yang sangat unik dan mempunyai daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Ritual unik ini disebut dengan ngaben. Ngaben adalah ritual pembakaran mayat sebagai simbol penyucian roh orang yang sudah meninggal. Karena dalam pelaksanaannya membutuhkan berbagai perlengkapan dengan biaya yang cukup besar, maka tak semua orang telah meninggal bisa langsung di aben. Jenazah yang belum di aben biasanya akan dikubur terlebih dahulu hingga menunggu perlengkapan ngaben telah siap. Jika ingin melihat ritual yang sangat unik ini, tidak ada salahnya anda berkunjung ke Provinsi Bali karena Upacara Ngaben dilakukan oleh hampir seluruh masyarakat Hindu di Bali.
Bab III
Penutup
3.1    Kesimpulan
Paragraf Persuasi adalah bentuk karangan yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang, baik pembaca maupun pendengar agar melakukan sesuatu yang dikehendaki penulis. Salah satu bentuk paragraf persuasi yang dikenal secara umum adalah propaganda yang dilakukan berbagai badan, lembaga, atau perorangan.Langkah-langkah Membuat Persuasi,Menentukan Topik dan Tujuan Dalam Paragraf Persuasif,Membuat kerangka Karangan Paragraf Persuasif, Mengumpulkan Bahan Untuk Paragraf Persuasif, Menarik Kesimpulan dari Paragraf Persuasif. Teknik Pengembangan Paragraf Persuasi, Bercermin dengan orang lain, Kelangkaan, Membalas budi Keserasian, Obrolan yang cair,Menggiring Benefit,dan Teman-teman dan penguasa.

3.2    Kritik dan Saran
                Penulis hanya bisa menyarankan semoga para pembaca lebih bisa memahami tentang Persuasi ini.Baik dari Segi pengertiannya,cara penulisannya,langkah-langkahnya,Ciri-ciri kalimatnya,dan contoh dari kalimat Persuasi tersebut.Sehingga,ketika teman-teman membujuk teman-teman yang lain dalam segala hal bisa di sesuaikan dengan kemampuan teman-teman dalam mempengaruhinya.Kemudian dalam penulisan makalah ini,penulis banyak menemukan kesulitan-kesulitan.Baik dari segi pembahasan maupun dari segi penulisannya.Karena kurangnya ilmu pengetahuan penulis sehingga banyak kekurangan di dalam makalah ini.Saya mengharapkan kritikan untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah ini kedepannya, Waktu yang tepat,




Daftar Pustaka
Sukartono, 1987, halaman 45.
Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas SMA 1, Mariskan, BA, PT. Edumedia-Ipiems group
Sumber internet:Diposkan oleh Algo Wijaya on Kamis, 08 Maret 2012

http://sebujang.blogspot.com/2012/12/makalah-bahasa-indonesia-argumentasi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar