MAKALAH TENTANG
ARGUMENTASI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam komunikasi antara anggota masyarakat, argumentasi
merupakan suatu cara yang sangat berguna, baik bagi perorangan maupun bagi
anggota-anggota masyarakat secara keseluruhan, sebagai alat pertukaran informasi yang tidak dipengaruhi
oleh pandangan-pandangan yang subyektif. Dengan menyodorkan fakta-fakta sebagai
evidensi, maka mereka yang menerima informasi merasa yakin bahwa apa yang
disampaikan patut diterima sebagai kebenaran.
Bila seorang pengarang menghadapi suatu persoalan yang
serius dan yang dapat membawa akibat yang besar, serta ingin mengemukakan
masalah tersebut dalam tulisan, maka ia harus mengambil sikap yang pasti untuk
mengungkapkan segala persoalan itu dengan kesanggupan intelektualnya, dan bukan
sekadar mana-suka atau dengan pendekatan yang emosional. Ia harus berusaha
untuk menyelidiki: apa yang menimbulkan masalah tersebut; apa tujuan yang nyat
dari persoalan itu; apakah ada tujuan yang tersembunyi; apakah ada keuntungan
atau kerugian untuk mencapai tujuan tersebut; tujuan mana yang kiranya
mendatangkan manfaat yang besar; dan bagaimana cara mengatasinya. Pendeknya,
penulis harus berusaha untuk menyampaikan pendapatnya secara teratur dan
kritis, sesudah menjawab semua pernyataan tadi dengan obyektif.
B.
Rumusan Masalah
a.
Apakah Hubungan Argumentasi dan
Logika ?
b.
Apakah Dasar dan Sasarannya ?
c.
Bagaimanakah Mengemukakan Argumen ?
d.
Apakah Topik dan Metodenya ?
C.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan Penulis adalah untuk mendapatkan gambaran tentang
tulisan argumentatif.
Manfaatnya adalah agar semua orang tahu bagaimana cara
menulis argumentatif yang benar.
D. Proses
Pemecahan Masalah
Adapun prosedur pemecahan masalah ini yaitu bersumber dari
buku.
BAB II
PEMBAHASAN
- Hubungan Argumentasi dan Logika
Logika sendiri merupakan suatu cabang ilmu yang beusaha
menurunkan kesimpulan-kesimpulan melalui kaidah-kaidah formal yang absah(valid).
Karena hubungan yang sangat erat
antara logika dan argumentasi, maka sering bentuk-bentuk dan istilah-istilah
logika dipergunakan begitu saja dalm sebuah argumen. Bahwa terdapat suatu
hubungan yang sangat erat antara keduanya, tidak dapat disangkal. Untuk itu
harus ditarik garis perbedaan yang jelas antara logika sebagai suatu ilmu dan
argumentasi sebagai suatu bentuk retorika.
Perbedaan yang harus diperhatikan antar kedua bidang itu
adalah pertama-tama mengenai istilah yang dipergunakan. Istilah benar(true) dan salah(false) pertama-tam dipergunakan dalam argumentasi. Sebaliknya untuk
logika dipergunakan istilah absah(valid) dan tak absah(invalid). Bila semua bentuk formal yang diperlukan unutk menurunkan
suatu kesimpulan dipenuhi, maka silogisme dinyatakan absah. Bila silogisme itu
absah, maka dengan sendirinya kesimpulan yang diperoleh juga bersifat absah.
Sebaliknya benar, bila bentuknya tak absah, maka kesimpulannya juga tak absah.
Dalam argumentasi, yang dijadikan persoalan adalah apakah semua proposisi
bersam konklusinya itu benar atau tidak.
Silogisme itu sendiri mengandung satu atau lebih proposisi
yang salah. Kesalahan yang dikandung sebuah proposisi mengisyaratkan kepada
kita, bahwa fakta-fakta yang dinyatakan tidak
benar(false). Misalnya silogisme berikut absah sifatnya, tetapi salah
bila dilihat dari sudut argumentasi, karena proposisi mayornya salah:
Premis Mayor : Semua mahasiswa adalah pejuang.
Premis Minor : Ali adalah seorang mahasiswa.
Konklusi :
Sebab itu, Ali adalah seorang pejuang.
Dari segi formal, silogisme di atas absah sifatnya. Tetapi
Sebagai argumen, silogisme itu tidak meyakinkan, karena proposisi mayornya
salah atau diragukan kebenarannya. Tetapi bila kita menerima proposisi
mayornya, maka kesimpulannya bersifat absah.
Dalam sebuah argumentsi, pembicara atau pengarang harus
yakin bahwa semua premis mengandung kebenaran, sehingga ia dapat mempengaruhi
sikap hadirin atau pembaca. Unutuk membuktikan sesuatu, silogisme bukan saja
harus mengandung sebuah struktur yang absah tetapi proposisinya juga harus
mengandung pernyataan-pernyataan yang benar mengenai dunia kita ini. Logika
memusatkan perhatiannya pada proses berpikir, sedangkan retorika memusatkan
perhatiannya pada isi, pada kebenaranya yang nyata yang ada di alam.
- Dasar dan Sasaran
Argumentasi atau tulisan argumentatif yang ingin mengubah
sikap dan pendapat orang lain
bertolak dari dasar-dasar tertentu, menuju sasaran yang hendak dicapainya.
Dasar yang harus diperhatikan sebagai titik tolak
argumentasi adalah:
1.
Pembicara atau pengarang harus
mengetahui serba sedikit tentang subyek yang akan dikemukakannya,
sekurang-kurangnya mengenai prinsip-prisip ilmiahnya.
2.
Pengarang harus bersedia
mempertimbangkan pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat yang bertentangan
dengan pendapatnya sendiri.
Di samping kedua prinsip di atas, penulis atau pembicara
harus memperhatikan pula ketiga prinsip tambahan berikut:
3.
Pembicara atau penulis argumentasi
harus berusaha unutk mengemukakan pokok persoalannya dengan jelas; ia harus
menjelaskan mengapa ia harus memilih topic tersebut.
4.
Pembicara atau penulis harus
menyelidiki persyaratan mana yang masih diperlukan bagi tujuan-tujuan lain yang
tercakup dalam persoalan yang dibahas itu, dan sampai di mana kebenaran dari
pernyataan yang telah dirumuskannya itu.
5.
Dari semua maksud dan tujuan yang
terkandung dalam persoalan itu, maksdu yang mana yang lebih memuaskan pembicara
atau penulis untuk menyanpaikan masalah.
Di samping prinsip-prinsip yang
harus diperhatikan, penulis selalu berusaha pula unutk membatasi persoalannya,
dan menetapka di mana terletak titik atau sasaran ketidaksesuaian pendapat
antara pengarang dan pembaca. Dengan demikian ia dapat mengubah keyakinan atau
menpengaruhi sikap dan tindakan pembaca atau hadirinnya.
Untuk membatasi persoalan dan menetapkan titik
‘ketidaksesuaian’ , maka sasaran yang
harus ditetapkan untuk diamankan oleh setiap pengarang argumentasi adalah:
1.
Argumentasi itu harus mengandung kebenaran
untuk mengubah sikap
dan
keyakinan orang mengenai topic yang akan diargumentasikan. Harus menyusun
fakta-fakta menuju suatu kesimpulan yang dapat diterima, atau ia harus menyusun
proposisi-proposisi yang benar. Dengan demikian, lawannya tidak bisa mengajukan
fakta atau proposisi dan kesimpulan yang bertentangan dengan fakta dan
kesimpulan itu.
2.
Pengarang harus berusaha untuk
menghindari setiap istilah yang dapat
menimbulkan
prasangka tertentu. Bila pengarang merumuskan proposisi tadi dengan
mengungkapkanya dalam bentuk pertanyaan, maka pengarang sebenarnya meragukan
atau menyangsikan sesuatu yang ingin diargumentasikannya.
3.
Pembatasan pengertian atau definisi
sebuah istilah hanya sekadar
merupakan
proses pembentukan makna untuk meletakkan dasar-dasar persamaan pengertian bagi
istilah yang akan digunakan itu, tetapi hal itu sangat penting supaya tujuan
utama jangan diabaikan atau terganggu hanya karena timbul ketidaksepakatan baru
mengenai istilah itu.
4.
Pengarang harus menetapkan secara
tepat titik ketidaksepakatan yang
akan
diargumentasikan. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting.
C.
Mengemukakan Argumen
Proses pengumpulan bahan-bahan untuk argumentasi itu sendiri
merupakan latihan keahlian dan keterampilan tersendiri, suatu latihan yang
intensif dan akurat bagaimana seorang dapat memperoleh informasi-informasi yang
tepat untuk tiap obyek atau persoalan. Ada satu hal pokok yang harus diingat
oleh setiap penulis, yaitu ia harus menyusun semua fakta, pendapat autoritas
atau evidensi itu secara kritis dan logis. Ia harus mengadakan seleksi atas
fakta-fakta atau autoritas, mana yang dapat dipergunakannya dan mana yang harus
disingkirkannya.
Bila bahan-bahan itu sudah terkumpul, penulis juga harus
siap dengan metode terbaik untuk menyajikannya dalam suatu bentuk atau suatu
rangkaian yang logis dan meyakinkan. Bila penulius tidak mempunyai rencana
penyusunan yang baik, maka tampaknya apa yang diungkapkan itu terarah, serta
tidak terdapat hubungan antara fakta-fakta atau autoritas itu.
Metode-metode yang dapat dipergunakan akan diuraikan dalam
bagian berikut. Metode mana pun yang akan dipakai dalam argumentasi tidak akan
melanggar prinsip umum sebuah komposisi, yaitu bahwa argumentasi itu harus
terdiri dari: pendahuluan, pembuktian/tubuh argumentasi dan kesimpulan atau
ringkasan.
a. Pendahuluan
Penulisan argumentasi harus yakin bahwa maksud suatu bagian pendahuluan adalah tidak lain daripada
menarik perhatian pembaca, memusatkan perhatian pembaca kepada argumen-argumen
yang akan disampaikan, serta menujukkan dasar-dasar mengapa argumentasi itu
harus dikemukakan dalam kesempatan tersebut. Secara ideal pendahuluan harus mengandung cukup banyak bahan untuk menarik
perhatian pembaca yang tidak ahli sekalipun, serta memperkenalkan kepada
pembaca fakta-fakta pendahuluan yang perlu untuk memhami argumentasinya.
Fakta-fakta pendahuluan harus benra-benar diseleksi supaya pengrang tidak
melakukan hal-hal yang justru bersifat argumentatif yang baru akan dikemukakan
dalam tubuh argumentsi.
Untuk menetapkan apa dan berapa banyak bahan yang diperlukan
dalam bagian pendahuluan, maka penulis hendaknya mempertimbangkan beberapa segi
berikut:
Pertama: Penulis harus menegaskan mengapa
persoalan itu dibicarakan pada saat ini. Bila dianggap waktunya tpat untuk
mengemukakan persoalan itu, serta dapat dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa
lainnya yang mendapat perhatian saat itu, maka fakta-faktanya merupakan suatu
titik tolak yang sangat baik.
Kedua: Penulis harus menjelaskan juga
latar belakang historis yang mempunyai hubungan langsung dengan persoalan yang
akan diargumentasikan, sehingga dengan demikian pembaca dapat pemperoleh
pengertian dasar mengenai hal tersebut. Namun demikian, apa yang diuraikan
dalam pendahuluan tidak boleh terlalu banyak, karena fungsi pendahuluan sekadar
menimbulkan keinginnan-tahu, bukan menguraikan persoalannya.
Ketiga: Dalam bagian pendahuluan penulis
argumentasi kadang-kadang mengakui adanya persoalan-persoalan yang tidak
dimasukkan dalam argumentasi, Sebaliknya ia mungkin akan menegaskan suatua
sistem yang dianggap akan menolongnya untuk sampai kepada konklusi yang benar.
Sebab itu pengarang harus membedakan hal-hal yang berhubungan dengan selera dan
hal-hal yang bertalian dengan fakta, sehingga dengan mempergunakan dasar
tersebut ia dapat bergerak maju dengan mempergunakan fakta-fakta itu.
b.
Tubuh Argumen
Seluruh proses penyusunan argument terletak pada kemahiranh
dan keahlian penulisnya, apakah ia sanggup meyakinkan pembaca bahwa hal yang dikemukakannya
itu benar, sehingga dengan demikian konklusi yangdisimpulkannya juga benar.
Hakikat kebenaran mencakup pula persoalan menyediakan jalan pikiran yang benar
bagi pembaca, sehingga mereka dapat menerima bahwa kesimpulan yang diturunkan
juga benar. Kebenaran dalam jalan pikiran dan konkl;usi itu mencakup beberapa
kemahiran tertentu: kecermatan mengadakan seleksi fakta yang benar, penyusunan
bahan secara baik dan teratur, kekritisan dalm proses berpikir, penyuguhan
fakta, evidensi, kesaksian, permis dan sebagainya dengan benar. Sebab itu,
kebenaran harus dianalisa, di susun dan dikemukakan dengan mengadakan
observasi, eksperimen, penyusunan kata, evidensi dan jalan pikiran yang logis.
Selama menggarap argumentasinya, pengarang harus terus menerus menetapka
dirinya di pihak pembaca, misalnya dengan menanyakan: apakah evidensi itu dapat
diterima bila ia berada di tempat pembaca; apakah evidensi itu sungguh-sungguh
mempunyai pertalian dengan pokok persoalan; apakah tidak ada cara lain yang
lebih baik, dan sebagainya.
Akhirnya perlu ditegaskan lagi, bahwa pengungkapan evidensi
itu harus merupakan suaru proses yang selektif, dengan menampilkan bahan-bahan
yang terbaik saja serta menolak evidensi-evidensi yang kurang baik. Bahaya
menampilkan terlalu banyak evidensi ialah, bahwa evidensi-evidensi yang terbaik
akan hilang atau menjadi lemah dalam suatu massa bahan-bahan yang tidak ada
hubungan timbale-balik. Untuk membuktikan sesuatu, maka evidensi-evidensi yang dikemukakan hendaknya secukupnya saja,
tidak perlu berlebih-lebihan.
c.
Kesimpulan dan Ringkasan
Dengan tidak mempersoalkan topik mana yang dikemukakan dalam
argumentasi, pengarang harus menjaga agar konklusi yang disimpulkannya tetap
memelihara tujuan, dan menyegarkan kembali ingatan pembaca tentang apa yang
telah dicapai, dan mengapa konklusi-konklusi itu diterima sebagai sesuatu yang
logis. Dalam tulisan-tulisan biasa di mana tidak boleh dibuat
kesimpulan-kesimpulan, maka dapat dibuat ringkasan dari pokok-pokok yang
penting sesiau dengan urutan argumen-argumen dalam tubuh karangan itu.
C.
Topik dan Metode
Kata topic sendiri sebenarnya berasal dari kata Yunani topoi, yang berarti ‘wilayah’ atau
‘tempat’. Topoi inilah yang dapt memberikan fakta-fakta bagi sebuah
argumentasi. Sebaliknya topic atau sumber atau dengan bahasa kita sekarang pokok permasalahan, terdiri dari bagian
pengalaman yang merupakan kesatuan, yang dapat menurunkan proposisi-proposisi
bagi sebuah argumentasi. Topic yang dijadikan landasan proposisi-proposisi
dapat dijabarkan menjadi bermacam-macam metode argumentasi.
Beberapa metode yang akan dikembangkan dari topic yang ada
adalah: genus dan definisi, sebab dan akibat, sirkumstansi, persamaan,
perbandingan, pertentangan, kesaksian dan autoritas.
a. Genus dan Definisi
Dalam proposisi ini makhluk
fana merupakan genus atau kelas. Dalam genus ini terdapat semua argument
atau bukti yang dimiliki pula oleh semua anggota kelasnya; salah satu dari
anggota kelas itu ialah ‘manusia’. Di sini pengarang harus mengajukan
argument-argumen atau fakta-fakta mengenai genus ‘makhluk fana’, sehingga dapat
meyakinkan semua orang bahwa benar kelas itu memiliki tersebut, atau ciri-ciri
tersebut merupakan cirri kelas itu. Dan selanjutnya apa yang dianggap benar
mengenai kelas tersebut, berlaku pula bagi semua anggota kelas. Definisi
mengenai manusia sebagai makhluk fana tidak akan menghadapi kesulitan. Tetapi
dalam hal ini timbul kesulitan untuk mencapai kesepakatan. Sebab itu
penulis-penulis biasanya membuat definisi luas dengan berusaha menjelaskan cir-ciri
yang dikenakan pada sebuah genus.
Argument-argumen yang mempergunakan genus dan definisi
memiliki hakikat yang sama, sebab keduanya mempergunakan wujud barang atau
klasifikasi yang sudah ada. Klasifikasi dapat pula merupakan sesuatu yang baru
berkat pemikiran pengarang. Namun dalam hal mana pun harus jelas dasar dan ciri
kelas yang dikemukakannya. Genus adalah sesuatu yang lebih luas lingkupnya dari
obyek yang dibicarakan, sedangkan contoh adalah genus dari obyek yang
dibicarakan.
- Sebab dan Akibat
Topik atau isi argumen yang didasarkan pada sebab-akibat
selalu mempergunakan proses berpikir yang bercorak kausal. Proses berpikir ini
menyatakan, bahwa suatu sebab tertentu akan mencakup sebuah akibat yang
sebanding, atau sebuah akibat tertentu akan mencakup pula sebab yang sebandin.
Sebab itu, bila terdapat sebuah sebab yang hebat, akan lahir pula sebuah akibat
yang dahsyat, dan jika kita menghadapi suatu situasi yang sangaat parah, maka
harus kembali pada sebuah sebab yang hebat.
- Keadaan atau Sirkumstansi
Sering dalam menghadapi suatu persoalan, kita mengatakan
bahwa “kita terpaksa melakukan hal itu” atau “Tidak ada jalan lain kecuali
itu”, dan seterusnya. Inilah yang dimaksud dengan keadaan atau sirkumstansi.
Keadaan sendiri adalah suatu proses yang digolongkan dalam proses sebab-akibat.
Tetapi tindakan yang dilakukan seseorang tidak dapat dibenarkan melalui
prinsip-prinsip logis. Ia terpaksa melakukan tindakan itu karena fakta-fakta
tidak memungkinkan ia berbuat lain; pembuktiannya hanya melalui keadaan tadi.
Penulis harus berusaha menyodorkan situasi yang terpaksa itu, untuk membenarkan
tindakannya. Kalau penyajian keadaan itu tidak meyakinkan sebagai keadaan
terpaksa, maka argumentasinya akan ditolak. Suasana terpaksa tidak boleh
menghasilkan alternative-alternatif.
Sirkumstansi atau keadaan tergolong dalam relasi kausal.
Tetapi sejauh tidak ada alternatif lain, maka keadaan itulah yang dijadikan
argumen.
- Persamaan
Kekuatan argumentasi dengan mempergunakan metode persamaan
meletak pada suatu pernyataan mengenai kesamaan antara dua barang. Dalam
analogi, sebagai suatu upaya logika, dikatakan bahwa jika dua barang atau hal
mirip dalam sejumlah aspek tertentu, maka ada kemungkinan mereka mirip pula
dalam aspek lainnya. Bila argumentasi mempergunakan persamaan sebagai landasan
metodenya, maka premis mayor mengemukakan prinsip-prinsip persamaan, yang
memang menurut logika tidak dapat disangkal. Premis minor sebaliknya mengungkapkan
fakta-fakta persaman yang ada antara dua hal atau barang.
- Perbandingan
Antara persamaan/similitudo dan perbandingan terhadap
kesamaan, tetapi juga terdapat perbedaan. Dalam perbandingan tercakup
pengertian, bahwa salah satu dari hal yang diperbandingkan Lebih kuat/afortiori dari
hal lain yang dijadikan dasar perbandingan. Penulis yang mempergunakan metode
argumentasi ini harus menyadari bahwa ia menghadapi dua kemungkinan;
kemungkinan kedua mempunyai peluang atau kepastian lebih tinggi dari kemungkinan
pertama; akibatnya, bila ia menyetujui kemungkinan yang kedua.
- Pertentangan
Argumentasi adalah metode pertentangan atau kebalikan
berasumsi, bahwa jika kita memperoleh keuntungan dari fakta atau situasi
tertentu, maka fakat atau situasi yang bertentangan dengan fakta dan situasi
tadi akan membawa bencana atau malapetaka bagi kita. Argumentasi dengan
mempergunakan cara ini termasuk dalam argumentasi yang didasarkan pada relasi
antar pelbagai fakta dan peristiwa, seperti halnya dengan persamaan dan perbandingan.
- Kesaksian dan Autoritas
Kesaksian dan autoritas merupakan topic atau sumber yang
bersifat dari luar. Disebut sebagai sumber luar karena semua premis atau
proposisi yang digunakan merupakan pencerapan atau persepsi orang lain yang
siap kita gunakan. Lain halnya dengan sumber yang bersifat sebab-akibat,
definisi dan sebagainya. Di sini kita menghadapi persoalan bahwa kesaksian irtu
sebagai suatu bahan jadi, tidak boleh diteri begitu saja. Kesaksian dapat
menimbulkan kekuatan atau tidak tergantung pula dari kepercayaan pada orang
yang memberi kesaksian itu.
Mirip dengan kesaksian
adalah autoritas.Argumen dengan
mempergunakan autoritas, didasarkan pada pendapat atau ucapan dari seorang yang
terkenal, atau seseorang yang diakui keahliannya. Pendapatnya mengenai masalah
yang dipersoalkan dianggap sebagai kata akhir, sebagai sesuatu yang final. Baik
kesaksian maupun autoritas tidak memiliki tenaga dalam dirinya
sendiri/intrinsic, teapi tenaga yang ada padanya tergantung pada kepercayaan
atas saksi dan kualitas autoritas. Kesaksian biasanya diterima baik, jika saksi
dinggap tahu betul fakta dan kejadiannya, dan ia sendiri tidak mempunyai
kepentingan dengan hasil argument itu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam sebuah argumentasi, pembicara atau pengarang harus
yakin bahwa semua premis mengandung kebenaran, sehingga ia dapat mempengaruhi
sikap hadirin atau pembaca. Proses pengumpulan untuk argumentasi itu sendiri
merupakan latihan keahlian dan keterampilan tersendiri, suatu latihan yang
intensif dan akurat bagaimana seorang dapat memperoleh informasi-informasi yang
tepat untuk tiap obyek atau persoalan.
B. Saran
Bila seorang pengarang menghadapi suatu persoalan yang
serius dan yang dapat membawa akibat yang besar, serta ingin mengemukakan
masalah tersebut dalam tulisan, maka ia harus mengambil sikap yang pasti untuk
mengungkapkan segala persoalan itu dengan kesanggupan intelektualnya, dan bukan
sekadar mana-suka atau dengan pendekatan yang emosional.
DAFTAR PUSTAKA
Kerap, Guys. Argumentasi dan Narasi.
Jakarta: Gramedia, 1982.
Ali,
Lukman, ed. Bahasa dan Kesustraan Indonesia Sebagai Tjermin Manusia
Indonesia Baru. Jakarta: Gunung
Agung, 1967.
Makalah Bahasa Indonesia Argumentasi
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Alahamdulillah,Puji dan syukur kita panjatkan
ke hadirat Allah SWT, shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
Rasulullah SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Berkat kudrat dan iradat-Nya
akhirnya kita dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang
“KalimatArgumentasi” ini.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
Dalam kesempatan ini saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Dosen Pembimbing. Kemudian tidak kalah pentingnya dengan dukungan dan dorongan teman-teman sekalian.
Dalam makalah ini saya menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saya mengharapkan segala kritik dan saran guna perbaikan dan kesempurnaan makalah ini nantinya. Semoga makalah ini bermanfaatbagi penyusun khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Terimakasih.
Wasalamualaikum wr.wb.
Malang,11 November 2012
Penyusun,
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar...........................................................................1
Daftar Isi........................................................................................ 2
Bab 1 Pendahuluan........................................................................ 3
1.1 Latar Belakang......................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah................................................................... 3
1.3 Tujuan.................................................................................... 3
Bab 2 Pembahasan......................................................................... 4
2.1 Pengertian Persuasi ................................................................. 4
2.2 Langkah-langkah
Membuat Persuasi ......................................... 7
2.3 Tehnik
Pengembangan paragrap persuasi ................................ 9
2.4 Ciri-ciri Paragraf Persuasif .................................................................................... 13
Bab 3 Penutup.............................................................................. 22
3.1 Kesimpulan ............................................................................ 22
3.2 Kritik dan Saran....................................................................... 22
Daftar Pustaka............................................................................ 21
Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Sebagaimana kita ketahui bahwa mengarang pada
hakikatnya adalah mengungkapkan atau menyampaikan,ide, gagasan,
informasi, atau pengalaman melalui bahasa tulis. Pengungkapan atau penyampaian
gagasan ini dapat diwujudkan melalui berbagai unsur bahasa. Gagasan dapat
diungkapkan melalui kata atau kalimat. Ada gagasan diungkapkan dengan paragraf.
Bahkan, gagasan yang lengkap diwujudkan melalui karangan utuh.
Seperti dikemukakan di atas, gagasan dapat diungkapkan melalui bentuk
paragraf atau karangan utuh. Penyampaian gagasan melalui karangan dapat
dibedakan atas berbagai macam berdasarkan tujuan yang hendak dicapai
penulisnya. Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai oleh penulisnya, kita
mengenal karangan di antaranya argumentasi dan persuasi. Jenis karangan
persuasi tentu sudah pernah kita dengar. Paling tidak, istilah ini tidak asing
bagi kita. Agar jenis karangan ini dapat kita pahami secara benar dan utuh,
modul ini akan menyajikan beberapa informasi dan contoh mengenai jenis karangan
ini. Informasi-informasi tersebut meliputi karakteristik, langkah-langkah
penyusunan, dan contoh jenis karangan persuasi. Selain itu, modul ini memuat
contoh kasus pembelajaran dan latihan penyusunan karangan persuasi. Urutan
materi tersebut menggambarkan urutan kegiatan pengalaman belajar yang akan kita
ikuti.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara membuat karangan Persuasi
dengan benar ?
2. Bagaimana ciri-ciri dari Persuasi ?
3.Bagaimana langkah-langkah penulisannya ?
4.Bagaimana Contoh Paragraf Persuasi ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui cara membuat karangan Persuasi
dengan benar.
2. Mengetahui ciri-ciri dari Persuasi.
3.Mengetahui langkah-langkah penulisannya.
4.Mengetahui Contoh Paragraf Persuasi.
Bab II
Pembahasan
2.1 Pengertian Persuasi
Metode ini paling banyak digunakan
untuk membujuk (to persuade) orang sehingga secara tidak sadar mengikuti
keinginan komunikator yang menyampaikan bujukan. Dengan metode persuasi,
seseorang atau sekelompok orang tidak merasa bahwa perubahan dalam dirinya
adalah akibat pengaruh dari luar. Dia yakin bahwa dorongan merubah sikap,
pendapat atau perilakunya memang sudah lama ada dalam dirinya. Metode ini yang
akan dibahas lebih lanjut karena dari pengalaman para ahli pemasaran dan
perubah perilaku, persuasi adalah metode yang terbukti paling ampuh dalam
mendorong perubahan dan mempertahankan perubahan itu dalam jangka yang sangat
lama.
A. Falsafah
Komunikasi Persuasif
Manusia dan komunikasi merupakan
satu kesatuan. Komunikasi melekat pada diri manusia, sehingga we can not
live without communicate. Keberadaan komunikasi, karena begitu melekatnya
pada diri manusia sering tidak disadari. Manusia cenderung beranggapan bahwa dirinya
mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi. Akibatnya, masalah-masalah yang muncul
yang berkaitan dengan komunikasi, seringkali diselesaikan sendiri.
Dalam mempelajari komunikasi persuasif,
memahami aspek filosofis komunikasi persuasif, sangat ditekankan. Hal ini
mengingat bahwa komunikasi persuasif, sebagaimana halnya ilmu-ilmu yang lain,
memiliki tiga aspek filosofis keilmuan, yaitu aspek ontologi, aspek
epistemologi, dan aspek aksiologi.
Dengan memahami ketiga aspek filosofi ilmu
tersebut, kita dapat membedakan berbagai ilmu pengetahuan yang terdapat di
dalam khasanah kehidupan manusia. Hal yang terpenting adalah kita akan
mengenali ciri-ciri dari Ilmu Komunikasi Persuasif, serta dapat memanfaatkannya
secara maksimal untuk kesejahteraan umat manusia.
Aspek ontologi, menyangkut pertanyaan apa yang
dikaji oleh suatu ilmu, aspek epistemologi berkaitan dengan pertanyaan
cara-cara memperoleh ilmu tersebut, dan aspek aksiologi berkenaan dengan
pertanyaan penggunaan dari ilmu tersebut.
Dalam melakukan komunikasi persuasif, kita
harus memahami kriteria tanggung jawab persuasi, sebagaimana yang dikemukakan
Larson, yaitu adanya kesempatan yang sama untuk saling mempengaruhi, memberi
tahu audiens tentang tujuan persuasi, dan mempertimbangkan kehadiran audiens“.
B. Konsep-konsep
Dasar Komunikasi Persuasif
Komunikasi ada dalam segala aktivitas hidup
kita. Bentuknya bisa berupa tulisan, lisan, gambar, isyarat, kata-kata yang
dicetak, simbol visual, audio visual, rabaan, suara, kimiawi, komunikasi dengan
diri sendiri, kelompok, organisasi, antarpersona, dialogis, dan lain-lain.
Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin ”communicare”,
yang berarti berpartisipasi, memberitahukan, atau menjadi milik bersama.
Dalam definisi komunikasi yang dikemukakan
beberapa ahli, walaupun pengungkapannya beragam, namun terdapat kesamaan telaah
atas fenomena komunikasi. Kesamaan tersebut nampak dalam isi yang tercakup di
dalamnya, yaitu adanya komunikator, komunikan, pesan, media/saluran, umpan
balik, efek, dampak serta adanya tujuan dan terbentuknya pengertian bersama.
Untuk memahami komunikasi, dapat dilihat dari
dua perspektif, yaitu perspektif umum dan perspektif paradigmatik. Perspektif
secara umum dapat dilihat dari dua segi, yaitu pengertian secara etimologis,
dan pengertian secara terminologis.
Istilah persuasi bersumber dari bahasa Latin, persuasio,
yang berarti membujuk, mengajak atau merayu.
Persuasi bisa dilakukan secara rasional dan
secara emosional. Dengan cara rasional, komponen kognitif pada diri seseorang
dapat dipengaruhi. Aspek yang dipengaruhi berupa ide ataupun konsep. Persuasi
yang dilakukan secara emosional, biasanya menyentuh aspek afeksi, yaitu hal
yang berkaitan dengan kehidupan emosional seseorang. Melalui cara emosional,
aspek simpati dan empati seseorang dapat digugah.
Dari beberapa definisi komunikasi
yang dikemukakan oleh para ahli, tampak bahwa persuasi merupakan proses
komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku
seseorang, baik secara verbal maupun nonverbal.
Komponen-komponen dalam persuasi meliputi
bentuk dari proses komunikasi yang dapat menimbulkan perubahan, dilakukan
secara sadar ataupun tidak sadar, dilakukan secara verbal maupun nonverbal.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam
komunikasi persuasi meliputi kejelasan tujuan, memikirkan secara cermat
orang-orang yang dihadapi, serta memilih strategi yang tepat.
Ruang lingkup kajian ilmu komunikasi persuasif
meliputi sumber, pesan, saluran/media, penerima, efek, umpan balik, dan konteks
situasional.
Pendekatan yang digunakan dalam komunikasi
persuasif adalah pendekatan psikologis. Tiga fungsi utama komunikasi persuasif
adalah control function, consumer protection function, dan knowledge
function.
Paragraf
persuasi adalah bentuk karangan
yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang, baik pembaca maupun pendengar agar
melakukan sesuatu yang dikehendaki penulis. Salah satu bentuk paragraf persuasi
yang dikenal secara umum adalah propaganda yang dilakukan berbagai badan,
lembaga, atau perorangan.
Bentuk
persuasi yang dikenal umum adalah propaganda yang dilakukan berbagai badan,
lembaga, atau perorangan; iklan dalam surat kabar, kampanye, selebaran.
Persuasi menggunakan pendekatan emotif, yaitu
pendekatan yang berusaha membangkitkan dan merangsang emosi pembaca. Di samping
itu, karangan persuasi pun biasanya menggunakan pendekatan rasional, yakni
dengan menyampaikan fakta-fakta untuk meyakinkan pembaca atau pendengar.
Kalimat persuasi bertujuan untuk :
1.
Mengajak
2.
Membujuk
3.
Mempengaruhi
2.2 Langkah-langkah Membuat Persuasi
1.Menentukan Topik dan Tujuan Dalam Paragraf Persuasif
Dalam
paragraf persuasif, tujuan penulis dapat dikemukakan secaralangsung. Misalnya,
topik yang dibuat oleh penulis adalah “Menghidaripengaruh buruk nakotika dan
obat-obatan terlarang lainnya”.Tujuan penulisan yang dapat dirumuskan adalah
meyakinkan pembacabahwa narkotika dan obat-obat terlarang lain merupakan
pembunuhberdarah dingin yang secara perlahan membawa pecandunya ke lianglahat.
2.Membuat kerangka Karangan Paragraf Persuasif
Agar
susunan tulisan persuasif itu sistematis dan logis, kerangka tulisanperlu
mendapat perhatian dalam perumusannya.
Susunan pembahasan
yang tepat untuk paragraf persuasif adalahsusunan logis dengan urutan sebab
akibat. Dengan pembahasan sepertiini, pembaca langsung dihadapkan pada masalah
yang sedang dibahas.
3.Mengumpulkan Bahan Untuk Paragraf Persuasif
Bahan
dapat diperoleh melalui kegiatan pengamatan, wawancara, danpenyebaran angket
kepada responden.
Pada saat
mengumpulkan bahan, kita dapat membuat catatan, baikkutipan langsung maupun
tidak langsung, yang nantinya dapat dijadikansebagai barang buktiContoh :
“Peneliti mengungkapkan bahwa sebab-sebab seseorang dapatterjerumus ke dalam
dunia narkotika: 45% broken home, 20% frustasi,17% ingin disebut modern, dan
sisanya karena sebab lain (Sukartono,1987:45)“Artinya: Data tersebut diperoleh
dari buku karangan Sukartono yangditerbitkan pada tahun 1987, halaman 45.
4.Menarik Kesimpulan dari Paragraf Persuasif
Penarikan
kesimpulan dalam suatu karangan persuasi harus kita lakukandengan benar agar
tujuan kita tercapai. Suatu kesimpulan dapat dibuatapabila data yang diperoleh
telah dianalisis. Penarikan kesimpulan dapatdilakukan dengan cara induktif atau
deduktif.Contoh:Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di beberapa
kota besardi Jawa Barat dapat dikemukakan ciri-ciri seorang pecandu
narkobaadalah ....
5.Penutup Paragraf Persuasif
Pada
bagian ini penulis akan memberitahukan inti dan maksud daripenjabaran
fakta-fakta yang ada dalam paragraf tersebut dalam 1-2kalimat berupa ajakan
atau himbauan yang biasanya terletak pada akhirkalimat (induktif).contoh:Oleh
karena itu, alangkah baiknya jika kita sebagai penduduk Kota Jakartaberusaha
untuk melestarikan lingkungan kota ini dengan berbagai macamusaha. Di antaranya
adalah dengan penghijauan, pembuatan taman kota,dan pelarangan membuang sampah
di sembarang tempat. Ini semuadapat mengendalikan keindahan Kota Jakarta.
Pendekatan yang dipakai dalam persuasi adalah
pendekatan emotif yang berusaha membangkitkan dan merangsang emosi.
Contoh :
1.Propaganda kelompok / golongan, kampanye
Tujuannya agar
masyarakat mendukung partai, kelompok atau golongantersebut.
2.Iklan dalam media massa,lebaran, dsb
Tujuannya agar
pembaca atau siapapun yang melihat iklan tersebutmembeli barang atau
menggunakan jasa tersebut.
2.3
Teknik Pengembangan Paragraf Persuasi
Inilah sembilan trik yang dapat Anda terapkan
untuk dapat membujuk dan mempengaruhi orang lain:
1. Bercermin dengan orang lain.
Lakukan hal ini dengan menirukan gerakan
tangan, membungkukkan badan ke depan atau belakang, atau berbagai gerakan
kepala dan lengan lainnya. Kadang-kadang kita melakukannya tanpa sadar, namun
bila Anda menyadarinya, pelajari lebih lanjut. Beberapa hal yang perlu diingat
adalah Anda harus melakukannya dengan halus, dan buat jeda sekitar 2-4 detik
antara gerakan orang tersebut dengan gerakan Anda.
2. Kelangkaan.
Inilah yang paling sering dilakukan seorang
pembuat iklan. Kesempatan memiliki sesuatu terlihat sangat menarik ketika
persediaan begitu terbatas. Hal ini akan berguna untuk orang yang memang sedang
membutuhkan, namun yang lebih penting, inilah metode persuasi yang harus
diwaspadai. Berhentilah, dan pertimbangkan seberapa sering Anda dipengaruhi berita
bahwa sebuah produk sedang langka? Jika memang produk itu langka, tentu akan
ada banyak permintaan untuk barang tersebut bukan?
3. Membalas budi.
Ketika seseorang berbuat baik pada kita, kita
sering merasa dituntut untuk melakukan sesuatu untuknya. Jadi, jika Anda ingin
seseorang melakukan sesuatu untuk Anda, Anda bisa memberikan sesuatu yang baik
untuknya lebih dulu. Di lingkungan rumah, misalnya, Anda bisa menawarkan untuk
meminjamkan peralatan memasak, tangga, atau apa pun, kepada tetangga yang terlihat
sedang membutuhkan. Tidak masalah kapan, atau dimana Anda melakukannya,
kuncinya adalah menghargai hubungan yang ada.
4. Waktu yang tepat.
Orang cenderung setuju atau menurut pada Anda
ketika mereka merasakan kelelahan secara mental. Sebelum Anda meminta sesuatu
pada seseorang yang mungkin tidak akan langsung disetujuinya, cobalah untuk
menunggu sampai ada kesempatan dimana mereka baru saja melakukan sesuatu karena
terdesak. Temui dia saat hendak pulang dari kantor, dan katakan apa yang Anda mau.
Seringkali jawabannya adalah, “Besok deh, aku kerjakan.”
5. Keserasian.
Teknik ini kerap digunakan para petugas
penjualan. Seorang salespeople akan menjabat tangan Anda saat sedang
bernegosiasi. Dalam benak kebanyakan orang, berjabat tangan artinya bersepakat,
sehingga dengan melakukannya sebelum kesepakatan tercapai, petugas sales seolah
sudah mendapatkan transaksi yang ia inginkan. Cara yang tepat untuk
melakukannya pada kegiatan sehari-hari adalah membuat seseorang bertindak
sebelum mereka memutuskan. Misalnya, Anda mengajak seorang teman jalan-jalan,
dan Anda ingin menonton film (padahal sang teman sedang tidak ingin). Anda bisa
langsung mengajaknya ke bioskop sementara teman Anda sedang membuat keputusan
akan menonton atau tidak.
6. Obrolan yang cair.
Saat sedang berbicara, seringkali kita
menggunakan frasa seperti “Mm…” atau “Maksud saya…” dan kata-kata lain yang
menimbulkan jeda di tengah pembicaraan. Hal seperti ini sebenarnya menunjukkan
rasa kurang percaya diri kita, yang dengan sendirinya membuat kita kurang
persuasif. Jika Anda yakin dengan apa yang Anda katakan, orang lain pun akan
mudah terbujuk dengan apa pun yang Anda katakan.
7. Menggiring.
Kita semua terlahir menjadi pengikut. Kita
sering memperhatikan apa yang dilakukan orang lain sebelum kita bertindak,
karena kita membutuhkan penerimaan dari orang lain. Secara sederhana, cara
efektif untuk menggunakan kebiasaan ini adalah dengan menjadi pemimpin, membuat
orang lain mengikuti Anda. Misalnya, Anda sedang menghadiri seminar, dan
memilih duduk di tengah-tengah. Begitu seminar dimulai, sang MC meminta hadirin
untuk mengisi bangku-bangku kosong di depan. Nah, cobalah untuk menjadi orang
pertama yang menggiring orang lain untuk menempati bangku tersebut.
8. Benefit.
Tunjukkan pada orang lain apa keuntungan bagi
mereka jika melakukan tindakan yang Anda sarankan ini. Namun perhatikan apa
yang Anda sampaikan. Anda harus mengatakannya dengan optimis, mendorong, dan
menyenangkan mereka. Sikap pesimis dan mengkritik tidak akan membantu. Coba
ingat bagaimana Obama memenangkan pemilu akhir tahun lalu. Kata kuncinya adalah
“Yes, we can!”. Mengatakan hal-hal buruk tentang orang lain, seperti yang
dilakukan John McCain, tidak akan membuat orang bersimpati.
9. Teman-teman dan penguasa.
Kita cenderung akan mengikuti atau terbujuk
oleh seseorang yang berada di posisi yang lebih tinggi. Ini menjadi contoh yang
baik untuk waspada akan “serangan” persuasif yang sedang dilakukan terhadap
Anda. Di pihak lain, menjadi cara yang baik pula bagi Anda untuk melakukannya
pada orang lain karena Anda akan terkejut betapa mudah membuat orang menyukai
Anda dan memperoleh kekuasaan di antara kelompok Anda.
Paragraf
persuasi pada dasarnya merupakan kelanjutan atau pengembangan dari paragraf argumentasi.
Adapun bagian-bagian persuasi adalah sebagai berikut.
- Bagian awal memaparkan
gagasan tertentu
- Diikuti dengan
memberikan alasan, bukti, atau contoh untuk meyakinkan dan memengaruhi
pembaca.
- Ditutup dengan ajakan,
bujukan, rayuan, imbauan, atau saran kepada pembaca.
Perbedaan
argumentasi dengan persuasi
argumentasi
|
persuasi
|
|
tujuan
|
untuk mencapai suatu kesimpulan
|
untuk mencapai persetujuan atau kesesuaian penulis dengan pembaca
sehingga pembaca menerima keinginan penulis
|
sasaran proses berpikir
|
kebenaran mengenai subjek yang dibicarakan
|
pembaca atau pendengar
|
banyaknya fakta
|
semakin banyak fakta yang digunakan semakin kuat kebenaran yang
dipertahankan
|
fakta seperlunya saja
|
penggunaan bahasa
|
bersifat lugas atau apa adanya, sehingga terasa kaku
|
luwes dan menarik karena memang digunakan untuk membujuk
|
sasaran
|
logika pembaca
|
emosi/perasaan pembaca
|
fokus garapan
|
benar-salahnya gagasan atau pendapat
|
menggarap pembaca (manusia sebagai objek) agar mau mengikuti kehendak
penulis
|
2.4 Ciri-ciri Paragraf Persuasif
1. Persuasi bertolak dari pendirian bahwa pikiran manusia dapat diubah.
2. Harus menimbulkan kepercayaan para pembacanya.
3.Persuasi harus dapat menciptakan kesepakatan atau penyesuaian melalui
kepercayaanantarapenulis dengan pembaca.
4. Persuasi sedapat mungkin menghindari konflik agar kepercayaan tidak
hilang dan supayakesepakatan pendapatnya tercapai.
5. Persuasi memerlukan fakta dan data.
Yang tergolong kedalam persuasi :
a. Bentuk pidato, misalnya propaganda, kampanye lisan, dan penjual
jamu ditempat-tempat terbuka.
b. Bentuk tulisan berupa iklan dan selebaran.
c. Bentuk elektronik, misalnya iklan di televisi, bioskop, dan
internet
Dari segi ini, karangan persuasi dibagi menjadi empat macam, yaitu :
1. Persuasi politik
Sesuai dengan namanya, persuasi politik dipakai dalam bidang politik oleh
orang-orang yang berkecimpung dalam bidang politik dan kenegaraan. Para ahli
politik dan kenegaraan sering menggunakan pesuasi jenis ini untuk keperluan
politik dan negaranya. Kita akan bisa memahami persuasi politik lebih baik
lagi, bila kutipan berikut ini kita kaji dengan teliti. Naskah persuasi politik
berikut ini berkombinasi dengan eksposisi.
2. Persuasi pendidikan
Persuasi pendidikan dipakai oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang
pendidikan dan digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Seorang guru,
misalnya, bisa menggunakan persuasi ini untuk mempengaruhi anak supaya mereka
giat berlajar, senang membaca dan lain-lain. Seorang motivator atau inovator
pendidikan bisa memanfaatkan persuasi pendidikan dengan menampilkan
konsep-konsep baru pendidikan untuk bisa dilaksanakan oleh pelaksana
pendidikan. Kutipan artikel berita ini dapat dijadikan bahan menelaah karangan
persuasi pendidikan.
3. Persuasi advertensi
Persuasi iklan dimanfaatkan terutama dalam dunia usaha untuk memperkenalkan
suatu barang atau bentuk jasa tertentu. Lewat persuasi iklan ini diharapkan
pembaca atau pendengar menjadi kenal, senang, ingin memiliki, berusaha untuk
memiliki barang atau memakai jasa yang ditawarkan. Karena itu,advertensi diberi
predikat jalur komunikasi antara pabrik dan penyalur, pemilik barang dan publik
sebagai konsumen. Iklan itu beraneka ragam, ada yang sangat pendek, ada pula
yang panjang.
Persuasi iklan yang baik adalah persuasi yang mampu dan berhasil merangsang
konsumen membeli barang yang ditawarkan. Sebaliknya, persuasi iklan itu
tergolong sebagai persuasi yang kurang baik apabila tidak berhasil merangsang
konsumen untuk membeli barang yang diiklankan.
4. Persuasi propaganda
Objek yang disampaikan dalam persuasi propaganda adalah informasi. Tentunya
tujuan persuasi tidak hanya berhenti pada penyebaran informasi saja. Lebih dari
itu, dengan informasi diharapkan pembaca atau pendengar mau dan sadar untuk
berbuat sesuatu.
Persuasi propaganda sering dipakai dalam kegiatan kampanye. Isi kampanye
biasanya berupa informasi dan ajaka. Tujuan akhir dari kampanye adalah agar
pembaca atau pendengar menuruti isi ajakan kampanye tersebut. Pembuatan
informasi tentang seseorang yang mengidap penyakit jantung yang disertai dengan
ajakan pengumpulan dana untuk pengobatannya, atau selebaran yang berisi
informasi tentang situasi tertentu yang disertai ajakan berbuat sesuatu adalah
contoh persuasi propaganda. Perhatikan kutipan karangan persuasi propaganda
dibawah ini.
Persuasi sebagai sebuah metode yang dipilih
sebagai strategi komunikasi karena tujuan dari komunikasi yang dilakukan oleh
pustakawan adalah lahirnya minat baca dan minat kunjung perpustakaan. Minat
(interest) dalam pengertian umum adalah kecenderungan perilaku yang berasal
dari dalam diri individi yang dapat menggambarkan sikap dan pendapat seseorang
terhadap sebuah objek sebagai sebuah awal sebelum akhirnya menjadi sebuah
tindakan. Dengan pengertian lain bahwa minat selalu muncul dari dalam diri
seseorang yang bangkit atau dibangkitkan karena ketertarikan pada sesuatu di
luar dirinya.
Untuk dapat menjalankan metode persuasi
diperlukan beberapa komponen komunikasi yang harus terlibat secara utuh dan
berkaitan satu sama lain dengan erat. Berikut akan diuraikan masing
komponennya:
1. Komunikator
Komunikator adalah orang yang menyampaikan
pesan komunikasi sehingga dapat sampai dan dimengarti oleh penerimanya. Untuk
dapat menggunakan metode persuasi secara efisien, seorang pustakawan yang
bertindak sebagai komunikator haruslah orang yang memiliki kredibilitas tinggi
(diukur dari kecakapan berkomunikasi lisan dan tulisan, penampilan yang
menyenangkan, sikap yang meyakinkan, percaya diri yang tinggi) sehingga
menumbuhkan kepercayaan bagi mereka yang menerima pesan. Apabila di
perpustakaan belum terdapat orang dengan kriteria itu, bisa juga meminta
bantuan (menyewa) orang yang sudah ahli sebagai konsultan atau pelaku langsung.
Disamping kredibilitas, komunikator juga
dituntut untuk menilai positif (positiveness) dan mendukung (supportiveness)
tujuan komunikasi. Komunikator juga harus terbuka dan jujur. Penerima pesan
tidak boleh melihat ada kesan ketidak jujuran pada diri komunikator. Untuk
dapat mengetahui apa yang sebenarnya diinginkan dan disukai oleh sasaran
komunikasi, seorang komunikator harus memiliki empati atau kepekaan pada apa
yang dirasakan oleh sasaran sehingga dia merasa diperhatikan. Orang sangat suka
diperhatikan, dan itulah yang seharusnya diberikan oleh seorang komunikator.
2. Pesan Komunikasi
Setelah komunikator terpilih,
komponen kedua yang juga harus diperlakukan dengan sangat hati-hati adalah
pesan komunikasi. Berbeda dengan pesan informatif yang sangat kuat dalam
memberikan instruksi atau saran tindakan, atau dengan pesan koersi yang terasa
dan jelas sekali kesan ancaman yang disampaikan, pesan persuasi harus sangat
halus dan hampir tidak kentara “paksaannya.” Pesan tidak boleh terasa diarahkan
pada sasaran, tetapi justru berkesan bahwa pesan adalah untuk orang lain. Tidak
ada instruksi di dalamnya melainkan contoh hasil tindakan orang lain.
Melalui kemasan pesan seperti ini maka yang
akan muncul pada individu atau kelompok sasaran adalah keinginan meniru orang
lain yang dicontohkan, bukan karena merasa disuruh atau dipaksa berbuat.
Perhatikan contoh pesan berikut (konsep ini juga digunakan oleh banyak iklan):
“Bacalah buku dan kunjungi perpustakaan, maka
anda akan menjadi orang yang cerdas dan mendunia”
Perhatikan pesan kedua:
“Tantowi Yahya tidak pernah lupa membaca setiap
hari. Seminggu dua kali ia
kunjungi perpustakaan. Itu yang membuatnya nampak cerdas dalam
mengantarkan acara Who wants to be a millionaire.”
kunjungi perpustakaan. Itu yang membuatnya nampak cerdas dalam
mengantarkan acara Who wants to be a millionaire.”
Pada pesan pertama kesan ‘perintah’ sangat
terasa (BACALAH) walaupun niatnya adalah menghimbau, bukan memaksa. Sedangkan pada
pesan kedua, pembaca tidak pernah diminta berbuat apapun, hanya ditunjukkan
sebuah contoh.Untuk dapat menyusun pesan persuasi yang baik dan kuat, seorang
pustakawan harus rajin membaca dan mengkaji pesan-pesan dalam iklan, kemudian
memilih yang dinilai paling efisien untuk kemudian menjadikannya sebagai dasar
gagasan (bukan menjiplak!) dalam membuat pesan persuasi tentang apa yang akan
terjadi pada seseorang jika membaca dan berkunjung ke perpustakaan.
3. Media Komunikasi
Dalam metode persuasi, media merupakan
komponen yang cukup penting karena jika terpilih dengan tepat akan mampu
menyampaikan pesan persuasi dan menjangkau sasaran dengan tepat. Maka seorang
pustakawan harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang karakter umum setiap
jenis dn bentuk media komunikasi (bukan kajian ilmiahnya).
Bentuk media komunikasi secara umum
terdiri atas media personal (untuk sasaran perorangan), media kelompok
(menjangkau sasaran kelompok pada sebuah tempat tertentu), dan media massa
(menjangkau sasaran yang besar dan berbeda tempat). Sedangkan jenis media
adalah cetak dan elektronik. Jadi jika digabungkan terdapat kelompok media
personal elektronik (telefon, e-mail), media personal cetak (surat, kartu
ucapan), media kelompok elektronik (millist, facebook, bulletin board), media
kelompok cetak (poster, terbitan internal), dan media massa elektronik
(televisi, radio), media massa cetak (koran, majalah).
Pemilihan media dilakukan setelah pustakawan
mengetahui media yang paling sering diakses oleh sasaran (dengan alasan mudah
diperoleh, dimiliki dan digunakan oleh sasaran). Dengan pengetahuan ini maka
tingkat jaminan bahwa pesan akan ‘terbaca’ (accessed/ reached) oleh sasaran
menjadi cukup tinggi. Pustakawan tidak boleh menggunakan media karena dia suka
dan hanya bisa menggunakan media tertentu saja.
Setelah media ditentukan, maka langkah
selanjutnya adalah pengemasan pesan yang disesuaikan dengan sifat media
terpilih. Misalnya media massa elektronik memiliki sifat ‘selintas dan tak
terulang’, maka pesan yang disampaikan harus sangat pendek dan mudah diingat
atau sangat berkesan. Adegan seorang Agnes Monica sedang membaca buku di meja
baca perpustakaan UPH lebih mengesankan dan mudah diingat dibandingkan
sekumpulan teks tentang guna dan manfaat membaca di perpustakaan. Tetapi dalam
sebuah Blog pustakawan, orang lebih ‘berminat’ membaca pengalaman sang
pustakawan bertemu presiden RI setelah menang lomba menulis cerita yang
bahannya dia ambil dari Perpustakaan Umum Kota Bangka (atau peristiwanya
dikarang layaknya sebuah iklan!).
Di samping isi, pesan juga harus dikemas dengan
daya tarik tinggi. Kembali lagi, dasar kemasan adalah karakter sasaran
komunikasi. Sasaran remaja harus mendapat pesan persuasif dalam kemasan yang
bergaya muda, baik pilihan kata, jenis huruf, warna dan ilustrasi yang
ditempelkannya. Begitu pula bagi sasaran anak-anak atau orang dewasa.
Contoh Paragraf Persuasi
Sistem pendidikan di Indonesia yang
dikembangkan sekarang ini masih belum memenuhi harapan. Hal ini dapat terlihat
dari keterampilan membaca siswa kelas IV SD di Indonesia yang berada pada
peringkat terendah di Asia Timur setelah Philipina, Thailand, Singapura, dan
Hongkong. Selain itu, berdasarkan penelitian, rata-rata nilai tes siswa SD
kelas VI untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA dari tahun
ke tahun semakin menurun. Anak-anak di Indonesia hanya dapat menguasai 30%
materi bacaan. Kenyataan ini disajikan bukan untuk mencari kesalahan penentu
kebijakan, pelaksana pendidikan, dan keadaan yang sedang melanda bangsa, tapi
semata-mata agar kita menyadari sistem pendidikan kita mengalami krisis. Oleh
karena itu, semua pihak perlu menyelamatkan generasi mendatang. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan memperbaiki sistem pendidikan nasional.
Pencemaran Sungai Ciliwung sudah
sangat parah dan dapat dikategorikan sebagai pencemaran tingkat berat. Rumah
tangga merupakan penyumbang terbesar sampah di Sungai Ciliwung. Jika kondisi
ini terus berlanjut, sejumlah daerah yang menggantungkan sumber air dari Sungai
Ciliwung dikhawatirkan akan mengalami krisis. Untuk itu, kesadaran untuk
menjaga lingkungan perlu ditanamkan secara kuat kepada masyarakat. Jika
lingkungan terjaga maka kita jugalah yang akan diuntungkan.
Kita semua mengetahui bahawa
kondisi lingkungan Kota Jakarta sudah sangat memprihatinkan. Banyak sekali
sungai yang kotor akibat pembuangan limbah yang tidak teratur serta pencemaran
udara akibat asap kendaraan bermotor yang semakin banyak. Ini semua dapat
menyebabkan gangguan bagi makhluk hidup di Kota Jakarta, temasuk manusia.
Pernapasan kita dapat terganggu dan keindahan Kota Jakarta tercemar. Oleh
karena itu, alangkah baiknya jika kita sebagai penduduk Kota Jakarta berusaha
untuk melestarikan lingkungan kota ini dengan berbagai macam usaha. Di
antaranya adalah dengan penghijauan, pembuatan taman kota, dan pelarangan
membuang sampah di sembarang tempat. Ini semua dapat mengendalikan keindahan
Kota Jakarta.
Banyak orang yang meremehkan
sampah. Bahkan, tidak terpikirkan hal yang akan ditimbulkannya. Walaupun tempat
sampah banyak disesidakan, tetapi kepedualian seseorang terhadap sampah sangat
kurang. Sebagai siswa, kamu sebaiknya menyadari dan memiliki sikap peduli
terhadap sampah. Oleh karena itu, buanglah sampah pada tempat sampah.
Pendidikan merupakan salah satu
sarana untuk menghasilkan penduduk yang berkualitas sebagai modal pembangunan.
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh bagi penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang amat sangat penting di abad ke-21 ini. Indonesia sebagai
negara berkembang, masih memiliki tingkat pendidikan yang bisa dibilang masih
cukup rendah. Menurut data United Nation Development Programme (UNDP), tingkat
pendidikan masyarakat Indonesia berada di peringkat 124 dari 187 negara yang
disurvei. Tingginya angka putus sekolah karena ketidakadaan biaya mungkin
menjadi sebab rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Indonesia ini. Oleh
karena itu, sudah menjadi tanggungjawab seluruh komponen bangsa untuk membantu
mereka yang membutuhkan agar dapat melanjutkan pendidikannya.
Masyarakat Hindu di Bali mempunyai
upacara kematian yang sangat unik dan mempunyai daya tarik tersendiri bagi
wisatawan. Ritual unik ini disebut dengan ngaben. Ngaben adalah ritual
pembakaran mayat sebagai simbol penyucian roh orang yang sudah meninggal.
Karena dalam pelaksanaannya membutuhkan berbagai perlengkapan dengan biaya yang
cukup besar, maka tak semua orang telah meninggal bisa langsung di aben.
Jenazah yang belum di aben biasanya akan dikubur terlebih dahulu hingga
menunggu perlengkapan ngaben telah siap. Jika ingin melihat ritual yang sangat
unik ini, tidak ada salahnya anda berkunjung ke Provinsi Bali karena Upacara
Ngaben dilakukan oleh hampir seluruh masyarakat Hindu di Bali.
Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Paragraf Persuasi
adalah bentuk karangan yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang, baik pembaca
maupun pendengar agar melakukan sesuatu yang dikehendaki penulis. Salah satu
bentuk paragraf persuasi yang dikenal secara umum adalah propaganda yang
dilakukan berbagai badan, lembaga, atau perorangan.Langkah-langkah Membuat Persuasi,Menentukan Topik dan Tujuan Dalam
Paragraf Persuasif,Membuat kerangka Karangan Paragraf Persuasif, Mengumpulkan
Bahan Untuk Paragraf Persuasif, Menarik Kesimpulan dari Paragraf Persuasif. Teknik Pengembangan Paragraf Persuasi,
Bercermin dengan orang lain, Kelangkaan, Membalas budi Keserasian, Obrolan yang
cair,Menggiring Benefit,dan Teman-teman dan penguasa.
3.2 Kritik
dan Saran
Penulis
hanya bisa menyarankan semoga para pembaca lebih bisa memahami tentang Persuasi
ini.Baik dari Segi pengertiannya,cara penulisannya,langkah-langkahnya,Ciri-ciri
kalimatnya,dan contoh dari kalimat Persuasi tersebut.Sehingga,ketika
teman-teman membujuk teman-teman yang lain dalam segala hal bisa di sesuaikan
dengan kemampuan teman-teman dalam mempengaruhinya.Kemudian dalam penulisan
makalah ini,penulis banyak menemukan kesulitan-kesulitan.Baik dari segi
pembahasan maupun dari segi penulisannya.Karena kurangnya ilmu pengetahuan
penulis sehingga banyak kekurangan di dalam makalah ini.Saya mengharapkan
kritikan untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah ini kedepannya, Waktu yang
tepat,
Daftar Pustaka
Sukartono, 1987,
halaman 45.
Pelajaran Bahasa
Indonesia Kelas SMA 1, Mariskan, BA, PT. Edumedia-Ipiems group
Sumber internet:Diposkan oleh Algo Wijaya
on Kamis, 08 Maret 2012
http://sebujang.blogspot.com/2012/12/makalah-bahasa-indonesia-argumentasi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar