Jumat, 12 Juni 2015

KHOTHBAH | Mmbangun Jiwa Yang Kuat dan Mandiri

MEMBANGUN JIWA MANDIRI





Assalamu’alaikum  wr.  Wb
Para hadirin yang berbahagia,
Kehormatan dan kemuliaan  yang sebenarnya adalah  ketika hati kita bebas dari bergantung kepada selain Allah SWT. Perjuangan kita untukmenjaga harga diri dari meminta-minta kepada selain Allah SWT adalah bukti kemuliaan  kita. Jiwa yang mandiri adalah kunci harga diri.
Satu hal yang telah hilang dari bangsa kita adalah harga diri. Betapa kita sangat bergantung kepada Negara lain untuk pinjaman dan investasi. Tak aneh bila Negara kita memiliki banyak utang, sehingga mudah dipermainkan oleh  negara yang meminjami utang tersebut.
Mengapa semua ini terjadi? Jawabannya, sebagian besar  kita terlalu sibuk membangun aksesoris  duniawi yang dianggap serba berharga. Kita tidak sibuk membangun harga diri. Tidak mengherankan  jika ada orang yang jabatannya tinggi, namun perbuatannya rendah dan nista. Ada juga yang hartanya banyak, tetapi jiwanya miskin. Kita terlalu menganggap topeng dunia sebagai sumber kemuliaan dan harga diri.
Para hadirin yang dimuliakan Allah SWT,
Sudah menjadi keniscayaan, setiap kita bergantung kepada selain Allah SWT, pasti kita akan  takut jika sandaran tersebut diambil oleh orang lain. Jioka kita dengan sepenuh hati bergantung kepada Allah SWT maka yakinlah bahwa Allah tidak akan mengabaikan orang yang bersungguh-sungguh berharap kepada-Nya.dalam sebuah hadits Allah berfirman: “ Apabila seorang hamba-Ku mendekati-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendekatinya dnagan berlari. Apabila ia mendekati-Ku satu jengkal maka Aku akan mendekatinya sehasta”.
Dari sini, jelas bahwa kemuliaan dan kehormatan yang sebenarnya adalah ketika hati kita bebas dari bergantung kepada Allah SWT. Perjuangan kita untuk menjaga harga diri dengan tidak memiminta-minta kepada selain Allah adalah bukti kemuliaan sejati.
Keuntungan lain dari sikap mandiri adalah tumbuhnya rasa percaya diri. Kemandirian akan sumber kekuatan dan vitalitas dalam  perjangan. Orang yang percaya diri bisa melakukan pekerjaan jauh lebih banyak, kata-katanya jauh lebih bermakna, dan waktunya akan jauh lebih efektif dari pada orang yang selalu nbergantung kepada orang lain.
Dengan bersikap mandiri, hidup akan terasa lebih tenang. Seorang istri takkan pernah khawair ditinggal oleh suaminya jika ia mempunyai sikap mandiri. Ia tahu bahwa  semua rezeki sudah diatur scara adfil oleh Allah SWT. Tiada satu pun makhluk kecuali sudah ditetapkan rezekinya. Tugas kita adalah mencari dan menjemput berkah dari karunia Allah SWT tersebut.
Kita harus mulai bangkit menjadi bangsa yang mandiri. Bangsa yang mandiri tak kan pernah terwujud selamapribadi-pribadi yang menyusun bangsa tersebut tidak pernah belajar pribadi yang mandiri. Apa kuncinya? Pertam,a, mandiri adalah sikap mental. Seseorang harus memiliki tekad kuat untuk menjadi orang yang mandiri. Dalam hidup yang hanya sekali ini, kita harus terhormat dan jangan menjadi budak dari apapun selain Allah SWT. Tekadkan terus untuk selalu menjaga kehormayan diri dan pantang menjadi beban. Andai pun hidup kita membebani orang lain, kita harus berusaha membalas dengan apa-apa yang bisa kita lakukan. Ketika kita membebani orang tua, maka harga diri kita adalah membalas kebaikan mereka. Begitu juga dengan guru, teman, atau tetanga. Jangan sampai diri kita terhina karena menjadi benalu atau peminta-minta yng bisa menyusahkan norang lain.
Kedua, kita harus memiliki keberanian. Berani apa? Berani mencoba dan berani memikul risiko. Hantya dengan keberanian seseorang bisa bangkit untuk mandiri. Tidak pernah kita berada diatas tanpa terlebih dahulu memulai dari bawah. Menginginkan hidup sukses tanpa mau  bersusah payah dan berkorban adalah mimpi.
Sungguh dunia ini hanyalah milik para pemberani. Kesuksesan , kebahagiaan, dan kehormatan sejati hanyalah milik pemberani. Orang pengecut tidak akan pernah mendapatkan apa-apa karena ia melumpuhkan kekuatannya sendiri. Kejarlah dunia ini dengan keberanian. Lawanlah ketakutan dengan keberanian. Takut gelap, belajarlah ditempat gelap. Takut berenang, segeralah menceburkan diri ke air. Semakin kita melawan rasa takut, rasa malas dan rasa tidak berdaya maka akan semakin dekat pula keberhasilan itu dengan diri kita. Semakin  sering kita melawan rasa takut, insya Allah keberanianakan muncul berlahan-lahan.
Ketiga, nikmatilah proses. Segalanya tiada yang instan, semua membutuhkan proses. Menjalani proses adalah sunnatullah. Negeri ini tdak mungkin berubah dalam sehari atau dua hari. Kita harus menikmati proses perjuangan, menikmati tetesan keringat dan air mata. Perjuanganm adalah nilai kehormatan kita yang sesungguhnya. Jangan terlalu memikirkan hasil. Tugas kita adalah melakukan yang terbaik. Allah tidak akan memandang hasil yang kita raih, tetapi Ia akan memandang dan menilai kegigihan kita dalam berproses. Keterpurukan yang menimpa bangsa kita, salah satu  penyebabnya adalah karena kita ingin segera mendapatkan hasil. Padahal, tidak mungkin ada hasil, tanpa memperjuangkannya terlebih dahulu.
Para hadirin yang dimuliakan Allah SWT,
Kita tidak tahu kapan negeri ini akan bangkit. Akan tetapi, bagaimana pun  kita harus memulai dengan sesuatu. Ingatlah selalu kisah seorang kakek yang semangat menanam  pohon kurma. Ketika ditanya untuk apa ia melakukan semua itu? Ia menjawab, “Bukankah kita makan kurma sekarang inikarena jasa-jasa orang yang sudah meninggal. Mengapa kita tidak mewariskan sesuatu untuk generasi sesudah kita?
Akan tetapi, jangan sampai kegigihan dan kemandirian yang kita lakikan mendatangkan rasa ujub akan kemampuan diri. Prosers kemandirian yang sejati harus membuat kita tawadhu, rendah hati. Sertailah kegigihan kita untuk mandiri dengan rasa tawadhu, & tawakkal kepada Allah SWT, karena tiada sedikitpun kekuatan dalam diri kita kecuali dengan kekuatan Allah Yang Maha Kuat.
Intinya, kemandirian bukan untuk berbangga diri, tetapi harus membuat kita lebih memiliki harga diri, bisa berprestasi, dan tidak membuat kita tinggi hati. Wallahu a’lam bishshawab.
Wasalamu’alaikum Wr. Wb

                                                (Sumber: www.republika.co.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar