Rabu, 10 Juni 2015

ILMU ISLAMI | MANFAAT MEMBACA ALQUR'AN DAN KESEHATAN

“MANFAAT MEMBACA AL-QUR’AN DAN KESEHATAN”.

Arti Qur’an menurut pendapat yang paling kuat seperti yang dikemukakan Dr. Subhi Al Salih berarti ‘bacaan’, asal kata qara`a.
Kata Alqur’an itu berbentuk masdar dengan arti isim maf’ul yaitu maqru` (dibaca).
Adapun definisi Alqur’an adalah: “Kalam Allah swt. yang merupakan mu’jizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada nabi Muhammad saw. dan ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah.”
Banyak ayat Al Qur’an yang mengisyaratkan tentang pengobatan karena AlQur’an itu sendiri diturunkan sebagai penawar dan Rahmat bagi orang-orang yang mukmin.
“Dan kami menurunkan Al Qur’an sebagai penawar dan Rahmat untuk orang-orang yang mu’min.”
(QS. Al Isra/17: 82)
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram.”
(QS. Ar Ra’d/13: 28)
Menurut para ahli tafsir bahwa nama lain dari Al Qur’an yaitu “Asysyifâ” yang artinya secara Terminologi adalah Obat Penyembuh.
“Hai manusia, telah datang kepadamu kitab yang berisi pelajaran dari Tuhanmu dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
(QS. Yunus/10: 57)
Di samping Al Qur’an mengisyaratkan tentang pengobatan juga menceritakan tentang keindahan alam semesta yang dapat kita jadikan sebagai sumber dari pembuat obat- obatan.
“Dia menumbuhkan tanaman-tanaman untukmu, seperti zaitun, korma, anggur dan buah-buahan lain selengkapnya, sesungguhnya pada hal-hal yang demikian terdapat tanda-tanda Kekuasaan Allah bagi orang-orang yang mau memikirkan”.
(QS. An-Nahl 16:11)
“Dan makanlah oleh kamu bermacam-macam sari buah-buahan, serta tempuhlah jalan-jalan yang telah digariskan tuhanmu dengan lancar. Dari perut lebah itu keluar minuman madu yang bermacam-macam jenisnya dijadikan sebagai obat untuk manusia. Di alamnya terdapat tanda-tanda Kekuasaan Allah bagi orang-orang yang mau memikirkan”.
(QS. An-Nahl 16: 69)
Berdasarkan keterangan tadi, dapat dipastikan bahwa orang yang membaca Alqur’an akan merasakan ketenangan jiwa.
Banyak pula hadits Nabi yang menerangkan tentang keutamaan membacanya dan menghafalnya atau bahkan mempelajarinya.
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Alqur’an dan mengajarkannya.”
(HR Bukhori)
“Siapa saja yang disibukkan oleh Alqur’an dalam rangka berdzikir kepada-Ku, dan memohon kepada-Ku, niscaya Aku akan berikan sesuatu yang lebih utama daripada apa yang telah Aku berikan kepada orang-orang yang telah meminta. Dan keutamaannya Kalam Allah daripada seluruh kalam selain-Nya, seperti keutamaan Allah atas makhluk-Nya.”
(HR. At Turmudzi)
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah (masjid) Allah, mereka membaca Alqur’an dan mempelajarinya, kecuali turun kepada mereka ketentraman, mereka diliputi dengan rahmat, malaikat menaungi mereka dan Allah menyebut-nyebut mereka pada makhluk yang ada di sisi-Nya”.
(HR. Muslim)
“Hendaklah kamu menggunakan kedua obat-obat: madu dan Alqur’an”
(HR. Ibnu Majah dan Ibnu Mas’ud)
Dan masih banyak lagi dalil yang menerangkan bahwa berbagai penyakit dapat disembuhkan dengan membaca atau dibacakan ayat-ayat Alqur’an
(lihat Assuyuthi, Jalaluddin, Al Qur’an sebagai Penyembuh (Alqur’an asy Syâfî), terj. Achmad Sunarto, Semarang, CV. Surya Angkasa Semarang, cet. I, 1995).
Walaupun tidak dibarengi dengan data ilmiah, Syaikh Ibrahim bin Ismail dalam karyanya Ta’lim al Muta’alim halaman 41, sebuah kitab yang mengupas tata krama mencari ilmu berkata,
“Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan seseorang kuat ingatan atau hafalannya. Di antaranya, menyedikitkan makan, membiasakan melaksanakan ibadah salat malam, dan membaca Alquran sambil melihat kepada mushaf”. Selanjutnya ia berkata, “Tak ada lagi bacaan yang dapat meningkatkan terhadap daya ingat dan memberikan ketenangan kepada seseorang kecuali membaca Alqur’an”.
Dr. Al Qadhi, melalui penelitiannya yang panjang dan serius di Klinik Besar Florida Amerika Serikat, berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Alquran, seorang Muslim, baik mereka yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan fisiologis yang sangat besar.
Penurunan depresi, kesedihan, memperoleh ketenangan jiwa, menangkal berbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakan orang-orang yang menjadi objek penelitiannya. Penemuan sang dokter ahli jiwa ini tidak serampangan. Penelitiannya ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik. Dari hasil uji cobanya ia berkesimpulan, bacaan Alquran berpengaruh besar hingga 97% dalam melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit.
Penelitian Dr. Al Qadhi ini diperkuat pula oleh penelitian lainnya yang dilakukan oleh dokter yang berbeda. Dalam laporan sebuah penelitian yang disampaikan dalam Konferensi Kedokteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984, disebutkan, Alquran terbukti mampu mendatangkan ketenangan sampai 97% bagi mereka yang men dengarkannya.
Kesimpulan hasil uji coba tersebut diperkuat lagi oleh penelitian Muhammad Salim yang dipublikasikan Universitas Boston. Objek penelitiannya terhadap 5 orang sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan 2 wanita. Kelima orang tersebut sama sekali tidak mengerti bahasa Arab dan mereka pun tidak diberi tahu bahwa yang akan diperdengarkannya adalah Alqur’an.
Penelitian yang dilakukan sebanyak 210 kali ini terbagi dua sesi, yakni membacakan Alquran dengan tartil dan membacakan bahasa Arab yang bukan dari Alqur’an. Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan sampai 65% ketika mendengarkan bacaan Alquran dan mendapatkan ketenangan hanya 35% ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Alqur’an.
Alquran memberikan pengaruh besar jika diperdengarkan kepada bayi. Hal tersebut diungkapkan Dr. Nurhayati dari Malaysia dalam Seminar Konseling dan Psikoterapi Islam di Malaysia pada tahun 1997. Menurut penelitiannya, bayi yang berusia 48 jam yang kepadanya diperdengarkan ayat-ayat Alquran dari tape recorder menunjukkan respons tersenyum dan menjadi lebih tenang.
Sungguh suatu kebahagiaan dan merupakan kenikmatan yang besar, kita memiliki Alquran. Selain menjadi ibadah dalam membacanya, bacaannya memberikan pengaruh besar bagi kehidupan jasmani dan rohani kita. Jika mendengarkan musik klasik dapat memengaruhi kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosi (EQ) seseorang, bacaan Alquran lebih dari itu. Selain memengaruhi IQ dan EQ, bacaan Alquran memengaruhi kecerdasan spiritual (SQ).
Mahabenar Allah yang telah berfirman, “Dan apabila dibacakan Alquran, simaklah dengan baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”
(Q.S. 7: 204).
Atau juga, “Dan Kami telah menurunkan dari Alquran, suatu yang menjadi penawar (obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”
(Q.S.17:82).
Atau, “Ingatlah, hanya dengan berdzikir kepada Allah-lah hati menjadi tentram”
(Q.S. 13: 28).
Unsur Meditasi Al Qur’an
Kitab ini, tentu saja bukanlah sebuah buku sains ataupun buku kedokteran, namun Alqur’an menyebut dirinya sebagai ‘penyembut penyakit’, yang oleh kaum Muslim diartikan bahwa petunjuk yang dikandungnya akan membawa manusia pada kesehatan spiritual, psikologis, dan fisik.
Kesembuhan menggunakan Alqur’an dapat dilakukan dengan membaca, berdekatan dengannya, dan mendengarkannya. Membaca, mendengar, memperhatikan dan berdekatan dengannya ialah bahwasanya Alqur’an itu dibaca di sisi orang yang sedang menderita sakit sehingga akan turun rahmat kepada mereka.
Allah saw menjelaskan,
“Dan apabila dibacakan Alqur’an, maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.”
(QS. Al A’raf: 204)
Menurut hemat penulis, salah satu unsur yang dapat dikatakan meditasi dalam Alquran adalah, pertama, auto sugesti, dan kedua, adalah hukum- hukum bacaan yaitu waqaf.
Aspek Auto Sugesti
Alqur’an merupakan kitab suci umat Islam yang berisikan firman-firman Allah. Banyak sekali nasihat-nasihat, berita-berita kabar gembira bagi orang yang beriman dan beramal sholeh, dan berita-berita ancaman bagi mereka yang tidak beriman dan atau tidak beramal sholeh.
Maka, alqur’an berisikan ucapan-ucapan yang baik, yang dalam istilah Alqur’an sendiri, ahsan alhadits. Kata-kata yang penuh kebaikan sering memberikan efek auto sugesti yang positif dan yang akan menimbulkan ketenangan.
Platonov telah membuktikan dalam eksperimennya bahwa kata-kata sebagai suatu Conditioned Stimulus (Premis dari Pavlov) memang benar-benar menimbulkan perubahan sesuai dengan arti atau makna kata-kata tersebut pada diri manusia. Pada eksperimen Plotonov, kata-kata yang digunakan adalah tidur, tidur dan memang individu tersebut akhirnya tertidur.
Pikiran dan tubuh dapat berinteraksi dengan cara yang amat beragam untuk menimbul kan kesehatan atau penyakit.
Zakiah Daradjat mengatakan bahwa sembahyang, do’a-do’a dan permohonan ampun kepada Allah, semuanya merupakan cara-cara pelegaan batin yang akan mengembalikan ketenangan dan ketentraman jiwa kepada orang-orang yang melakukannya.
Relaksasi
Aspek Waqof
Alqur’an adalah sebuah kitab suci yang mempunyai kode etik dalam membacanya. Membaca Alqur’an tidak seperti membaca bacaan-bacaan lainnya. Membaca Alqur’an harus tanpa nafas dalam pengertian sang pembaca harus membaca dengan sekali nafas hingga kalimat-kalimat tertentu atau hingga tanda-tanda tertentu yang dalam istilah ilmu tajwid dinamakan waqaf. Jika si pembaca berhenti pada tempat yang tidak semestinya maka dia harus membaca ulang kata atau kalimat sebelumnya.
Waqof artinya berhenti di suatu kata ketika membaca Alqur’an, baik di akhir ayat maupun di tengah ayat dan disertai nafas. Mengikuti tanda-tanda waqof yang ada dalam Alqur’an, kedudukannya tidak dihukumi wajib syar’i bagi yang melanggarnya. Walaupun jika berhenti dengan sengaja pada kalimat-kalimat tertentu yang dapat merusak arti dan makna yang dimaksud, maka hukumnya haram.
Jadi cara membaca Alqur’an itu bisa disesuaikan dengan tanda-tanda waqaf dalam Alqur’an atau disesuaikan dengan kemampuan si pembaca dengan syarat bahwa bacaan yang dibacanya tidak berubah arti atau makna.
Waqaf dalam Alquran
  • Tanda awal atau akhir ayat
  •  
  • Tanda awal atau akhir surat
  •  
  • Tanda-tanda waqaf
Kemampuan nafas pembaca
Siapa saja bisa boleh membaca Alqur?an, baik anak kecil, muda maupun tua, baik pria maupun wanita selagi mereka dalam keadaan suci atau berwudlu. Jadi bagaimanapun kemampuan mereka bernafas mereka boleh membaca Alqur’an. Berhenti berdasarkan kemampuan nafas pembaca, dalam ilmu tajwid, bisa dikategorikan dalam bagian-bagian waqaf.
Adapula beberapa penekanan nafas dalam membaca Alqur’an. Penekanan-penekanan tersebut dalam ilmu tajwid dinamakan mad.
Indonesia adalah negara yang mayoritas umat Islam menerapkan hukum-hukum membaca Alqur’an menurut Rowi, Hafsh, yang telah berguru kepada imam ‘Ashim. Adapun hukum-hukum bacaan mad dalam ilmu Tajwid menurut Rowi Hafsh adalah:
  • Mad Munfashil,
    yaitu apabila terdapat mad bertemu dengan hamzah dalam kalimat yang terpisah. Cara baca hukum ini 4 harakat.
  •  
  • Mad Badal,
    yaitu apabila terdapat hamzah yang berharakat bertemu dengan huruf mad yang sukun. Cara membaca hukum ini adalah 2 harakat.
Waktu Meditasi dengan Alqur’an
Pada hakikatnya tidak ada waktu yang makruh untuk membaca/meditasi Alqur’an, hanya saja memang ada beberapa dalil yang menerangkan bahwa ada waktu-waktu yang lebih utama dari waktu-waktu yang lainnya untuk membaca Alqur’an. Waktu-waktu tersebut adalah:
1. Dalam sholat
An-Nawawi berkata;
‘Waktu-waktu pilihan yang paling utama untuk membaca Alqur’an ialah dalam sholat.’
Al Baihaqi meriwayatkan dalam asy Syu’ab dari Ka’ab r.a. ia berkata:
“Allah telah memilih negeri-negeri, maka negeri-negeri yang lebih dicintai Allah ialah negeri al Haram (Mekkah). Allah telah memilih zaman, maka zaman yang lebih dicintai Allah ialah bulan-bulan haram. Dan bulan yang lebih dicintai Allah ialah bulan dzulhijjah. Hari-hari bulan Dzulhijjah yang lebih dicintai Allah ialah sepuluh hari yang pertama. Allah telah memilih hari-hari, maka hari yang lebih dicintai Allah ialah hari Jum?at. Malam-malam yang lebih dicintai Allah ialah malam Qadar. Allah telah memilih waktu-waktu malam dan siang, maka waktu yang lebih dicintai Allah ialah waktu-waktu sholat yang lima waktu. Allah telah memilih kalam-kalam (perkataan), maka kalam yang dicintai Allah adalah lafadz ‘La ilâha illallâh wallâhu akbar wa subhanallâhi wal hamdulillâh.“
2. Malam hari
Waktu-waktu yang paling utama untuk membaca Alqur’an selain waktu sholat adalah waktu malam,
Allah menegaskan,
“Di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sholat).”
(QS. Ali Imron 3:113)
Waktu malam ini pun dibagi menjadi 2:
  • Antara waktu Maghrib dan Isya
  •  
  • Bagian malam yang terakhir
3. Setelah Subuh
Sebagai penutup mudah-mudahan ini merupakan langkah awal untuk bisa lebih membuktikan unsur-unsur kesehatan dari Alqur’an, baik makna-maknanya, cara membacanya maupun lainnya.
















AL-QURAN DAN KESEHATAN JIWA

Posted on by luaydpk
Oleh: Farid Lu’ay
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi manusia. Walaupun kitab ini menggunakan bahasa Arab, dan pada awal perkembangan Islam diturunkan pada masyarakat Arab. Tidak berarti wahyu Allah itu hanya untuk kalangan tertentu, bangsa Arab. Namun, ia bersifat universal risalahnya, yaitu untuk semua manusia, apapun ras, bangsa dan bahasanya.
Al-Qur’an sendiri menegaskan bahwa ia tidak diturunkan hanya untuk masyarakat Arab,  tetapi juga untuk seluruh umat manusia. (QS 2: 185) Oleh karena itu Rasulullah SAW berpesan kepada mereka yang mempercayai Al-Qur’an sebagai wahyu Allah untuk mempelajari dan mengajarkannya.
ﺨﻴﺮﻜﻡﻣﻦﺗﻌﻠﻡﺍﻠﻗﺭﺍﻦﻮﻋﻠﻤﻪ
 “Sebaik-baik di antaramu yaitu yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya” (HR Bukhari).
Pada zaman modern sekarang ini, ketika hubungan antarbangsa semakin meningkat dan terbuka, tidak tertutup kemungkinan orang-orang non-muslim pun mempelajari kitab Al-Qur’an. Walau tentu saja tujuan mereka mempelajarinya berbeda dengan tujuan kaum muslim. Tujuan mereka ada yang semata-mata ilmiah dan juga sengaja ingin merusak aqidah umat Islam, sedangkan kaum muslim mempunyai tujuan untuk memahami dan mengamalkannya.
Dilihat dari sejarahnya Al-Qur’an diturunkan pada masyarakat Arab Jahiliyah. Pada zaman ini masyarakat Arab hidup dalam kegelapan, yaitu suatu kehidupan tanpa cahaya iman. Dalam situasi demikian yang berlaku dalam mengatur kehidupan adalah hukum rimba, yang kuat menjadi pemimpin dan yang lemah menjadi budak. Benda-benda dijadikan sebagai Tuhan dan anak perempuan dianggap tidak berharga. Mereka ibarat layang-layang yang terputus, tak mepunyai arah dan tujuan. Dapat dikatakan bahwa orang-orang Jahiliyah itu hanya sibuk mengurus dunia, atau sebagai penganut materialisme, sedangkan ruhaninya gersang.
Karena itu, tepat sekali Al-Qur’an diturunkan pada saat masyarakat mengalami kemerosotan akhlak. Dalam keadaan demikian kitab ini menjadi petunjuk dan sebagai obat penawar kegersangan ruhani. Masyarakat Jahiliyah seperti pasien yang sakit yang butuh pertolongan dokter, namun yang sakit bukan jasmaninya melainkan ruhaninya atau jiwanya. Allah berfirman dalam kitab-Nya:
Hai seluruh manusia, sesungguhnya telah datang kepada kamu pengajaran dari Tuhan kamu dan obat bagi apa yang terdapat dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang mukmin ”. (QS Yunus: 57)
Abdullah Yusuf Ali, dalam menafsirkan ayat ini mengatakan, bahwa “obat penyakit hati keimanan, lebih berharga daripada keuntungan duniawi (materi), kekayaan.” (Yusuf Ali, h. 499) Dan memang, kata Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah mengatakan bahwa, “Ayat ini menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah obat bagi apa yang terdapat dalam dada. Penyebutan kata dada yang diartikan dengan hati, menunjukkan bahwa wahyu-wahyu Ilahi itu berfungsi menyembuhkan penyakit-penyakit ruhani seperti ragu, dengki, takabur dan semacamnya.” (vol. 6, h. 102)
Dalam ayat lain yang berhubungan dengan ayat sebelumnya:
Dan (sedangkan) Kami menurunkan Al-Qur’an sebagai obat penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan ia tidaklah menambah kepada orang-orang yang dhalim selain kerugian. ”(QS Al-Isra: 82)
Mengenai obat penawar telah disinggung di muka, dan tentang rahmat Allah Quraish Shihab mengatakan bahwa, “Ayat ini membatasi rahmat Al-Qur’an untuk orang-orang mukmin, karena merekalah yang paling berhak menerimanya sekaligus paling banyak memperolehnya. Akan tetapi ini bukan berarti bahwa selain mereka tidak memperoleh walau secercah dari rahmat akibat kehadiran Al-Qur’an.” (Tafsir Al-Mishbah, vol. 7, h. 533)
“Tidak ragu lagi bahwa dalam Al-Qur’an terdapat kekuatan spiritual yang luar biasa dan mempunyai pengaruh mendalam atas diri manusia. Ia membangkitkan pikiran, menggelorakan perasaan, dan menajamkan wawasan.  Dan manusia yang berada di bawah pengaruh Al-Qur’an ini seakan menjadi manusia baru yang diciptakan kembali.” Demikian dikatakan oleh Dr. M ‘Utsman Najati dalam bukunya Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa. Kita dapat membandingkan dalam sejarah umat manusia, bagaimana masyarkata Arab sebelum dan sesudah datangnya Islam. Sebelum datangnya Islam mereka hidup dalam kegelapan, namun setelah Islam, kehidupan mereka berubah sama sekali. Dari masyarakat nomad dan bersuku-suku mereka mampu membangun peradaban Islam yang maju, hingga dapat menandingi imperium besar, Persia dan Romawi.
Atas keberhasilan itu Michael Hert menempatkan nabi Muhammad SAW pada rangking pertama dari seratus tokoh yang berpengaruh di dunia. Itulah kekuatan spiritual Al-Qur’an.
Bukan saja secara spiritual, namun juga ia sebagai obat secara fisik. Seperti diceritakan oleh Ibnul Qoyyim, bahwa suatu ketika beberapa sahabat Nabi SAW sampai di suatu perkampungan Arab. Ketika itu kepala dusun tersengat ular berbisa, dan belum juga mendapat obat. Lalu beberapa dari mereka meminta sahabat Nabi untuk mengobatinya. Salah seorang musafir tersebut membaca suratal-Fatihah  sampai selesai, dan orang itupun sembuh. Ketika bertemu dengan Rasulullah peristiwa ini diceritakan para sahabat. Beliau berkata, “ Adakah yang memberi tahu kepadamu bahwa Al-Fatihah itu “ruqyah” (obat dengan jampi-jampi)? Engkau telah dengan tepat melakukannya. …”(Ibnul Qoyyim, h. 18-19 ).
Al-Qur’an adalah obat penawar dan rahmat bagi kaum beriman. Karena itu, jiwa-jiwa kaum beriman tidak mengalami gangguan jiwa. Terjadinya gangguan jiwa karena kehidupan manusia, terutama manusia modern saat ini, tidak seimbang. Padahal hidup manusia harus seimbang antara kehidupan duniawi (materi) dan kebutuhan akan ketenangan jiwa (ruhani). Dengan keseimbangan itu, maka jiwa manusia akan sehat. Jadi, kita sebagai muslim harus mau mempelajarinya dengan membaca, memahami dan mengamalkannya serta merenungkan apa yang terdapat di dalamnya. Al-Qur’an dan Hadits Nabi sebagai penjelas, harus kita baca, pahami, renungkan dan aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Wallahu ‘alam bishawwab.
Depok,19 -10 – 2007
Peminat buku
Daftar Pusaka
Abdullah Yusuf Ali, The Holy Qur’an, terj. Ali Audah
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, vol. 6
———————-, Tafsir Al-Mishbah, vol. 7
Dr. M. Utsman Najati, Al-Quran dan Ilmu Jiwa, terj.
Ibnu Qoyyim, Therapi Penyakit Hati, terj















Kecerdasan spiritual (SQ)
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa. Ia adalahkecerdasan yang dapat membantu kita menyembuhkan danmembangun diri kita secara utuh. Kecerdasan spiritual adalah
29

 Ibid.
hlm . 3
30
Rajendra Kartawiria,
12 Langkah Membentuk Manusia Cerdas
, (Jakrta: Hikmah,2004) , hlm . 170

31
Achmad Mubarok,
Op.Cit.,
hlm. 73

https://html2-f.scribdassets.com/5pb1isknls1socwh/images/43-41103653bf.jpg
 
kesadaran yang dengan dengannya kita tidak hanya mengakui nilai-nilai yang ada, tetapi secara kreatif menemukan nilai-nilai baru.Kecerdasan spiritual bukan doktrin agama yang mengajak umat manusia untuk cerdas dalam memilih atau memeluk salah satuagama yang dianggap benar. Kecerdasan spiritual lebih merupakankonsep yang berhubungan dengan bagaimana seseorang cerdas dalammengelola dan mendayagunakan makna-makna, nilai-nilai, dankualitas-kualitas kehidupan spiritualnya. Kehidupan-kehidupanspiritual ini meliputi hasrat untuk hidup bermakna
(The Will To Meaning),
yang memotivasi kehidupan manusia untuk senantiasamencari makna hidup
(The Meaning Of Life)
, dan mendambakanhidup bermkna
(The Meaningfull Life)
.
32
 Kecerdasan spiritual sebagai bagian dari psikologi memandang bahwa seseorang yang taat beragama belum tentu memilikikecerdasan spiritual, acapkali mereka memiliki sikap fanatisme,eksklusivisme, dan intoleran terhadap pemeluk agama lain, sehinggamengakibatkan permusuhan dan peperangan. Namun sebaliknya, bisa juga seseorang yang humanis non agamis memiliki kecerdasanspiritual yang tinggi. Sehingga hidupnya inklusif, setuju dalam perbedaan, dan penuh toleran, hal ini menunjukkan bahwa maknaspiritual di sini tidak selalu bertarti agama atau bertuhan.
32
Abdul mujib, yusuf Mudzakir,
 Nuansa-Nuansa Psikologi islami,
(Jakarta: PTRajagrafindo Persada, 2002), hlm. 325

https://html2-f.scribdassets.com/5pb1isknls1socwh/images/44-c50b6e7be5.jpg
 
Kecerdasan spiritual mendorong kita untuk selalu mencariinovasi untuk menghasilkan sesuatu yang lebih dari pada apa yangdicapai saat ini, keceradasan spiritual akan mendorong kita untuk 

 berfikir dan memandang hidup dari berbagai sisi. Bukan hanya berfikir dari satu sisi saja.Pada setiap sifat yang dimiliki manusia, maka ada sifat Maha, bila otak kiri berfikir tentang rasionalitas, maka ada yang Maha pencipta, Maha menentukan, Maha kokoh, Maha Pemelihara, Maha pemberi petunjuk atas rasionalitas. Bila otak kanan kita berfikir tentang emosionalitas, maka ada yang Maha penyayang, Mahaangkuh, Maha pemaaf, Maha menghinakan, Maha pembalas, yangmemiliki emosi jauh diluar jangkauan nilai-nilai emosi manusia.Sehingga kemanapun otak berfikir, bila kita mau merenungtentang makna kehidupan, maka disana selalu ada nilai Maha. Sekalikita berfikir tentang nilai Maha, maka seluruh bagian otak akanmerasa tersentuh, seluruh bagian kalbu akan tergetar, dan semua bagian otak dan kalbu siap menyumbangkan dalam berfikir. Jadidengan mengingat sifat Maha, maka kita akan selalu terlatih untuk meikirkan kejadian dan kehidupan dari satu segi saja.
33
 Dengan kesiapan seluruh bagian otak dan kalbu, makakecerdasan spiritual merupakan pangkal yang melandasi kecerdasan-

33
Rajendra Kartawiria,
Op.cit 
., hlm. 166

https://html1-f.scribdassets.com/5pb1isknls1socwh/images/45-1690b1d6b7.jpg
 
kecerdasan lainnya yang mana antara kecerdasan yang satu dengankecerdasan yang lainnya saling berhubungan dan saling mengisi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar