Jumat, 12 Juni 2015

PENDIDIKAN | PEMIKIRAN SEORANG TOKOH

PEMIKIRAN PENDIDIKAN AZ-ZARNUJI

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah SPI
yang diampu oleh Bapak Nurul Mubin







  
Disusun Oleh :
Chalimatus Sa'diyah
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)/PAI
Universitas Sains Al-Qur'an (UNSIQ)
Jawa Tengah di Wonosobo








2012





KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt, yang telah memberikan Rahmat, Taufiq, dan Hidayahnya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makakalah ini dengan judul “Pemikiran Pendidikan Az-zarnuji”.
Allahumma sholli ’ala sayyidina Muhammad. Mari kita senantiasa curahkan shalawat kepada Habibullah Muhammad Saw, yang menjadi Uswatun khasanah bagi kita sebagai langkah untuk mencapai kesuksesan dalam mengarungi kehidupan dunia yang fana menuju kebahagiaan akhirat yang abadi.
            Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas dari Bpk Nurul Mubin selaku dosen Sejarah Pendidikan Islam (SPI). Kami berharap makalah ini dapat dimanfaatkan dan dijadikan sebagai Khazanah pengetahuan serta wawasan tentang “Pemikiran Pendidikan Az-zarnuji

















DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................       
LATAR BELAKANG                                                                                         
PEMBAHASAN.......................................................................................................
A.    Biografi Tokoh.....................................................................................................
B.     Konsep Pendidikan Az-zarnuji............................................................................
C.     Metode pembelajaran...........................................................................................
D.    Relevansinya dengan sistem pendidikan kontemporer........................................
KESIMPULAN.........................................................................................................




















LATAR BELAKANG

Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam di Indonesia yang lahir pada masa lampau dan menjadi icon sejarah pendidikan Islam tertua di Indonesia sebagai salah satu bentuk indigenous culture atau bentuk kebudayaan asli Indonesia. Dan hampir semua orang yang pernah belajar di pesantren akrab dengan kitab kuning Ta‘līmul al-Muta‘allim Tharīq al-Ta‘allūm karya Burhan al-Islam al-Zarnuji, buku ini dapat dikatakan sebagai buku wajib bagi para pelajar pemula yang akan memulai tugas belajarnya. Kitab ini memuat bagaimana seorang pelajar harus belajar dengan cara-cara yang benar, mulai dari persoalan niat, metode belajar dan bagaimana menghindari dan menjaga diri untuk tidak menjadi pelupa. Pembelajaran terhadap kitab ini, terutama sebagai bimbingan supaya pelajar dapat mencapai ilmu yang diharapkan, yakni ilmu yang bermanfaat tidak hanya pada dirinya sendiri, tapi juga bagi masyarakatnya.

















PEMBAHASAN

A.    Biografi Az-zarnuji
Nama lengkapnya adalah Burhanuddin Al-Islam Al-Zarnuji. Tanggal kelahirannya belum diketahui secara pasti. Mengenai tanggal wafatnya, terdapat dua pendapat. Ada yang mengatakan beliau wafat pada tahun 591 H/1195 M, dan ada pula yang mengatakan beliau wafat pada tahun 840 H/1243 M. Hidup beliau semasa dengan Ridha Al-Din Al-Naisari, antara tahun 500-600 H. Tidak ada keterangan yang pasti mengenai tempat kelahirannya. Namun dilihat dari nisbahnya, Az Zarnuji, maka sebagian peneliti mengatakan bahwa beliau berasal dari zarnuji, suatu daerah yang kini dikenal dengan nama Afghanistan.(1)
            Az Zarnuji menuntut ilmu di Bukhara dan samarkand, dua kota yang menjadi pusat keilmuan dan pengajaran. Masjid-masjid di kedua kota tersebut dijadikan sebagai lembaga pendidikan dan ta’lim, yang diasuh antara lain oleh Burhanuddin Al-Marginani, Syamsuddin Abd Al-Wajdi Muhammad bin Muhammad bin Abd dan Al-Sattar Al-Amidi. Selain itu,       Az Zarnuji juga belajar pada Rukn Al-Din Al-Firqinani, seorang ahli Fiqh, satrawan dan penyair (w. 594 H/1196 M), Hammad bin Ibrahim, seorang ahli ilmu kalam, sastrawan dan penyair (w. 564 H/1170 M) dan Rukn Al-Islam Muhammad bin Abi Bakar yang dikenal dengan nama Khawahir Zada, seorang mufti Bukhara dan ahli dalam bidang fiqh, sastra dan syair (w. 573 H/1177 M).
            Az Zarnuji, selain ahli dalam bidang pendidikan dan tasawuf, juga menguasai bidang-bidang lain seperti sastra, fiqh, ilmu kalam dan sebagainya.(2)





 (1) Baharuddin dan Esa Nur wahyuni, 2010, Teori belajar dan pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz media, hal. 50
(2) Ibid., hal. 50
 B. Konsep Pendidikan Az Zarnuji

Konsep pendidikan beliau tertuang dalam karya monumentalnya,  kitab “Ta’lim  al-Muta’allim Thuruq al-Ta’allum”. Kitab ini diakui sebagai karya yang monumental dan sangat diperhitungkan keberadaannya. Kitab ini juga banyak dijadikan bahan penelitian dan rujukan dalam penulisan karya-karya ilmiah, terutama dalam bidang pendidikan. Kitab ini tidak hanya digunakan oleh ilmuwan Muslim saja, tetapi juga dipakai oleh para orientalis dan penulis barat.Keistimewaan lain dari kitab Ta’lim Muta’allim ini terletak pada materi yang dikandungnya. Meskipun kecil dan dengan judul yang seakan-akan hanya membahas metode belajar, sebenarnya esensi kitab ini juga mencakup tujuan, prinsip-prinsip dan strategi belajar yang didasarkan pada moral religius.Di Indonesia, kitab Ta’lim Muta’allim dikaji dan dipelajari hampir di setiap lembaga pendidikan klasik tradisional seperti pesantren, bahkan di pondok pesantren modern. Dari pembahasan kitab ini, dapat diketahui tentang konsep pendidikan Islam yang dikemukakan Az Zarnuji, antara lain:
1.      Hakikat ilmu dan keutamaannya
2.      Niat belajar
3.      Memilih guru, ilmu, teman dan ketabahan dalam belajar
4.      Menghormati ilmu dan ulama
5.      Sungguh-sungguh, kontinuitas dan minat yang kuat
6.      Permulaan dan intensitas belajar serta tata tertibnya
7.      Tawakkal kepada Allah SWT
8.      Saat terbaik untuk belajar
9.      Kasih sayang dan memberi nasehat
10.  Mengambil pelajaran
11.  Wara’ (menjaga diri dari yang syubhat dan haram) pada masa   belajar
12.  Penyebab hafal dan lupa
13.  Masalah rezeki dan umur (2)

(2) Ibid., hal.50
 C. Metode pembelajaran

Dalam kitab Ta’lim Muta’allim Az Zarnuji menjelaskan bahwa metode pembelajaran meliputi dua kategori. Pertama, metode yang bersifat etik mencakup niat dalam belajar. Kedua, metode yang bersifat teknik strategi meliputi cara memilih pelajaran, memilih guru, memilih teman dan langkah-langkah dalam belajar.
1)      Cara memilih pelajaran; bagi orang yang mencari ilmu sebaiknya mendahulukan memilih/mempelajari ilmu yang dibutuhkan dalam urusan-urusan agamanya, seperti ilmu tauhid.
2)      Cara memilih guru; sebaiknya memilih guru yang lebih alim, wara’ dan umurnya lebih tua dari kita.
3)      Cara memilih teman; mencari teman yang rajin, wara’ dan berwatak baik, mudah paham akan pelajaran, tidak malas, tidak banyak bicara dan lain sebagainya.
4)      Langkah-langkah dalam belajar; mengenai hal ini, termasuk juga aspek teknik pembelajaran, menurut Grunebaum dan Abel, terdapat lima hal yang menjadi sorotan Az Zarnuji, yaitu (1) the curruculum and subject matter, (2) the choice of setting and teacher, (3) the time for study, (4) dynamics of learning, (5) the student’s relationship to other.(3). (2)











(2) Ibid., hal.50
D. Relevansinya dengan sistem pendidikan kontemporer

             Konsep pendidikan yang tertuang dalam kitab  Ta’lim al-Muta’allim Thuruq al-Ta’allum karya Az Zarnuji, relatif bagus dalam persoalan bimbingan belajar. Hanya saja ketika mempelajari konsep pendidikan Az Zarnuji dalam kitab Ta’lim Muta’allim harus disertai dengan pemahaman yang dalam, karena belum tentu apa yang dikonsepsikan oleh     Az Zarnuji dapat pula diterapkan pada saat ini. Seperti membaca tulisan pada nisan dapat menyebabkan lupa, menyapu di malam hari dapat menghambat rizki. Hal-hal tersebut sudah tidak bisa lagi diterapkan karena sudah dipandang tidak logis.
            Sebenarnya bila dikaji lagi banyak sekali hal-hal yang yang masih relevan untuk diterapkan sebagaimana juga ada beberapa pendapat beliau yang sudah tidak relevan lagi. Oleh karena itu, tidak baik untuk menolak isi kitab ini begitu saja, sama juga dengan tidak bijaknya menerima begitu saja tanpa mencari kebenarannya.
            Maka jika kitab ini dikaji di pesantren, supaya tidak menimbulkan akses yang tidak diinginkan, sebaiknya diajarkan oleh seorang guru yang mempunyai pemahaman mendalam mengenai bimbingan belajar, sehingga bila memenuhi gagasan yang dianggap kurang relevan dengan zaman sekarang, bisa mengadakan reinterpretasi atau merefleksikan dengan masa Az Zarnuji hidup.(3)
              Karya besar ini sebenarnya dapat dan sangat bisa diterapkan ke arah luar pesantren baik itu madrasah atau sekolah-sekolah umum. Karena bisa diketahui dari analisis konsep pendidikan Az Zarnuji cukup banyak yang masih relevan dan baik untuk diajarkan dan ditanamkan sejak dini.
            Pada metodologi pendidikan macam apapun, ekses pasti ada. Ekses yang yang seringkali dimunculkan untuk menyudutkan Ta’lim adalah aspek kepatuhan pada guru yang hampir mematikan dinamika. Meskipun, Az Zarnuji sendiri tidak pernah menganjurkan murid “mengiyakan” kesalahan guru. Pada dasarnya pendidikan yang berhasilbukanlah diciptakan oleh sekolah dan pesantren saja, akan tetapi dukungan dari semua pihak yaitu orang tua dan guru sebagai teladan dan lingkungan sebagai pengaruh pergaulan terbesar dalam hidup seorang anak. Dan hal ini memang sangat sulit sekali karena memang semua orang bisa memberikan mauidlatul hasanah namun hanya orang-orang pilihan yang mampu menjadi uswatun hasanah.
Kalaupun misalnya hal itu benar-benar ada dan memang pengaruh Ta’lim Muta’allim, maka pasti terjadi secara aksiden dan memiliki faktor serta sumber latar belakang yang sangat komplek. Misalnya, faktor psikologi, sarana, budaya regional atau juga pengaruh tradisi feodal kerajaan jawa yang masih belum sepenuhnya mati.
            Kontekstualisasi terhadap hubungan guru dan murid saat sekarang adalah pemahaman terhadap pemikiran Az Zarnuji yang signifikan yang bernafas pada religius ethics. Dengan mengambil nilai-nilai dan pesan yang terkandung dalam pemikiran Az zarnuji tersebut, berarti kita telah menggali dan menghidupkan kembali nilai-nilai etika dalam proses pendidikan dan sekaligus menjadikannya sebagai dasar pembentukan akhlak dan landasan dam membina hubungan yang harmonis antara guru dengan murid yang berorientasi pada hubungan yang etis-humanis.(4)












(3) Tim Dosen fakultas tarbiyah UIN Maliki Malang, 2009, Pendidikan Islam dari Paradigma Klasik Hingga Kontemporer, Malang: UIN Press, hal. 2
(4) Baharuddin dan Esa Nur wahyuni, op. Cit., hal.53


KESIMPULAN


Konsep pendidikan Islam yang dikemukakan Az Zarnuji, antara lain: (1) Hakikat ilmu dan keutamaannya; (2) Niat belajar; (3) Memilih guru, ilmu, teman dan ketabahan dalam belajar; (4) Menghormati ilmu dan ulama; (5) Sungguh-sungguh, kontinuitas dan minat yang kuat; (6) Permulaan dan intensitas belajar serta tata tertibnya; (7) Tawakkal kepada  Allah SWT; (8) Saat terbaik untuk belajar; (9) Kasih sayang dan memberi nasehat; (10) Mengambil pelajaran; (11) Wara’ (menjaga diri dari yang syubhat dan haram) pada masa belajar; (12) Penyebab hafal dan lupa; (13) Masalah rezeki dan umur
Menurut beliau tentang pola hubungan murid dan guru adalah sebagai berikut: Murid tidak akan memperoleh ilmu yang bermanfaat tanpa adanya pengagungan dan pemuliaan terhadap ilmu dan orang yang mengajarnya (guru), menjadi semangat dan dasar adanya penghormatan murid terhadap guru. guru ideal adalah guru yang alim, wira’i dan mempunyai kesalehan sebagai aktualisasi keilmuan yang dimiliki serta tanggung jawab terhadap amanat yang diemban untuk menggapai ridla Allah swt.
Metode pembelajaran menurut beliau meliputi dua kategori. Pertama, metode yang bersifat etik mencakup niat dalam belajar. Kedua, metode yang bersifat teknik strategi meliputi cara memilih pelajaran, memilih guru, memilih teman dan langkah-langkah dalam belajar.
Beliau menulis kitab seperti itu, karena di masanya beliau mengetahui banyak peserta didik yang telah belajar dengan  sungguh-sungguh, tetapi tidak bisa menyiarkannya. Menurut Az zarnuji hal tersebut dikarenakan mereka salah jalan dan meninggalkan syarat-syarat yang seharusnya mereka penuhi. Oleh karena itu, beliau menulis kitab Ta’lim al-Muta’allim Thuruq al-Ta’allum dengan maksud menjelaskan kepada para peserta didik tentang cara yang seharusnya mereka tempuh agar tidak salah jalan, sehingga studi yang ditempuhnya bisa berhasil secara optimal dan bermanfaat. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar